Miriapoda adalah kelompok artropoda terestrial yang mencakup hewan-hewan yang kita kenal sebagai kaki seribu, lipan, pauropoda, dan symphyla. Nama "miriapoda" sendiri berasal dari bahasa Yunani, "myriás" yang berarti "puluhan ribu" dan "poús" yang berarti "kaki," secara harfiah berarti "kaki banyak." Julukan ini sangat tepat mengingat ciri khas utama kelompok ini: jumlah kaki yang sangat banyak, bahkan bisa mencapai ratusan, menjadikannya salah satu kelompok hewan darat paling unik dan menarik di planet ini. Meskipun seringkali disalahpahami atau bahkan ditakuti, miriapoda memainkan peran penting dalam ekosistem dan memiliki keanekaragaman bentuk serta perilaku yang luar biasa.
Sebagai salah satu kelompok artropoda tertua, fosil miriapoda telah ditemukan dari periode Silur Akhir, sekitar 420 juta tahun yang lalu, menunjukkan sejarah evolusi yang panjang dan sukses di daratan. Mereka berhasil beradaptasi dengan berbagai lingkungan, mulai dari hutan lembab hingga gurun kering, dari dataran rendah hingga pegunungan tinggi. Namun, lingkungan yang lembap dan gelap seringkali menjadi preferensi utama mereka, karena kulit mereka tidak dilapisi lilin seperti serangga atau arakhnida, sehingga rentan terhadap kehilangan air melalui penguapan.
Meskipun sering disamakan dengan serangga karena sama-sama memiliki banyak segmen tubuh dan kaki, miriapoda sebenarnya adalah kelompok yang berbeda dan membentuk garis evolusi tersendiri. Salah satu perbedaan paling mencolok adalah anatomi kepala mereka, yang terdiri dari sepasang antena dan mandibula, tetapi tidak memiliki mata majemuk yang khas pada banyak serangga. Mata mereka, jika ada, biasanya berupa oseli atau mata sederhana yang terbatas kemampuannya. Kebanyakan aktivitas mereka bergantung pada sentuhan dan bau, yang diperantarai oleh antena sensitif mereka.
Artikel ini akan membawa kita menyelami dunia miriapoda, menggali lebih dalam tentang klasifikasi, anatomi, siklus hidup, peran ekologis, hingga interaksi mereka dengan manusia. Kita akan mengungkap misteri di balik kaki-kaki yang berliku, mempelajari perbedaan mencolok antara kaki seribu yang herbivora atau detritivora dengan lipan yang predator ganas, serta mengenal lebih dekat anggota kelompok yang kurang dikenal seperti pauropoda dan symphyla.
Apa Itu Miriapoda? Ciri Khas Umum dan Penggolongan
Miriapoda adalah subfilum dari filum Arthropoda, yang mencakup hewan-hewan invertebrata dengan eksoskeleton, tubuh tersegmentasi, dan kaki beruas. Mereka dibedakan dari kelompok artropoda lain seperti serangga (Hexapoda), krustasea (Crustacea), dan arakhnida (Chelicerata) berdasarkan beberapa ciri unik. Miriapoda umumnya memiliki tubuh memanjang yang terdiri dari banyak segmen yang serupa, dan hampir setiap segmen memiliki satu atau dua pasang kaki.
Ciri-Ciri Utama Miriapoda:
- Tubuh Tersegmentasi: Tubuh miriapoda sangat tersegmentasi, kadang-kadang hingga lebih dari seratus segmen. Setiap segmen ini, kecuali segmen kepala dan segmen terakhir, biasanya dilengkapi dengan kaki.
- Banyak Kaki: Ini adalah ciri paling ikonik. Jumlah kaki bervariasi dari kurang dari 10 pasang pada beberapa symphyla hingga lebih dari 750 kaki (375 pasang) pada kaki seribu tertentu, seperti spesies Illacme plenipes.
- Satu Pasang Antena: Miriapoda memiliki sepasang antena tunggal di kepala, yang digunakan untuk merasakan lingkungan dan navigasi.
- Tidak Memiliki Sayap: Berbeda dengan sebagian besar serangga dewasa, miriapoda tidak pernah memiliki sayap. Adaptasi mereka sepenuhnya terestrial dan terbatas pada pergerakan di permukaan atau di bawah tanah.
- Tidak Memiliki Mata Majemuk: Kebanyakan miriapoda memiliki mata sederhana (oseli) atau bahkan tidak bermata sama sekali. Penglihatan bukan indra utama mereka.
- Respirasi Melalui Trakea: Mereka bernapas menggunakan sistem trakea, serangkaian tabung bercabang yang membawa oksigen langsung ke jaringan tubuh, mirip dengan serangga. Spirakel (lubang pernapasan) terletak di sisi segmen tubuh.
- Eksoskeleton Tidak Berlilin: Eksoskeleton mereka tidak dilapisi lilin seperti pada serangga, membuat mereka rentan terhadap kekeringan. Oleh karena itu, mereka cenderung hidup di lingkungan yang lembab.
Subfilum Miriapoda dibagi menjadi empat kelas yang masih hidup hingga saat ini, masing-masing dengan karakteristik dan kebiasaan yang unik:
- Diplopoda (Kaki Seribu): Dikenal sebagai pengurai, memiliki dua pasang kaki per segmen tubuh yang terlihat.
- Chilopoda (Lipan atau Kelabang): Predator cepat, memiliki satu pasang kaki per segmen tubuh dan dilengkapi cakar beracun.
- Pauropoda: Kelompok kecil dan tersembunyi, menyerupai kaki seribu mini.
- Symphyla: Juga kecil dan tersembunyi, sering disebut "kaki seribu kebun" atau "lipan kebun" meskipun bukan kaki seribu maupun lipan sejati.
Kelas Diplopoda: Mengenal Kaki Seribu Lebih Dalam
Kaki seribu, atau Diplopoda, adalah kelas miriapoda yang paling dikenal dan seringkali menjadi representasi utama ketika orang memikirkan "miriapoda." Nama "Diplopoda" secara harfiah berarti "dua kaki," mengacu pada ciri khas mereka yang memiliki dua pasang kaki (empat kaki) pada hampir setiap segmen tubuh. Segmen ini sebenarnya adalah hasil fusi dua segmen embrio menjadi satu, disebut "diplosegmen." Dengan tubuh yang bisa mencapai ratusan segmen, tidak heran jika mereka dijuluki "kaki seribu."
Gambar 1: Ilustrasi Kaki Seribu (Diplopoda) dengan ciri khas dua pasang kaki per segmen.
Ciri-Ciri Khas Diplopoda:
- Tubuh Bulat atau Silindris: Umumnya memiliki tubuh yang berbentuk silinder atau agak pipih, namun tidak pipih secara dorso-ventral seperti lipan.
- Dua Pasang Kaki per Segmen: Ini adalah ciri diagnostik utama. Hampir setiap segmen tubuh (kecuali beberapa segmen pertama di kepala dan toraks) memiliki dua pasang kaki.
- Gerakan Lambat: Dengan banyak kaki yang bergerak dalam gelombang, kaki seribu cenderung bergerak lambat dan anggun, berbeda dengan lipan yang cepat.
- Diet Detritivora/Herbivora: Sebagian besar kaki seribu adalah detritivora, memakan bahan organik yang membusuk, seperti daun jatuh, kayu lapuk, dan sisa-sisa tumbuhan. Beberapa spesies juga memakan jamur, lumut, atau akar tanaman. Mereka adalah pengurai penting dalam ekosistem.
- Pertahanan Diri: Kaki seribu tidak menggigit atau menyengat. Mekanisme pertahanan utama mereka adalah menggulungkan tubuh menjadi spiral rapat (membentuk bola), melindungi bagian bawah tubuh yang lembut. Banyak spesies juga mengeluarkan cairan berbau busuk atau bahkan beracun (mengandung sianida atau senyawa lain) dari pori-pori di sepanjang sisi tubuh mereka untuk menghalau predator.
- Antena Pendek: Antena kaki seribu relatif pendek dan biasanya beruas 7-8.
- Mata Sederhana: Umumnya memiliki mata sederhana (oseli) atau tidak bermata sama sekali.
Habitat dan Peran Ekologis Kaki Seribu:
Kaki seribu ditemukan di seluruh dunia, dari hutan tropis hingga daerah gurun, meskipun mereka lebih menyukai lingkungan yang lembab dan gelap. Mereka sering ditemukan di bawah bebatuan, batang kayu, tumpukan daun, di dalam tanah, atau di bawah kulit pohon. Kondisi lembab sangat penting untuk mencegah dehidrasi.
Peran ekologis mereka sangat vital sebagai pengurai. Mereka membantu memecah bahan organik mati menjadi partikel-partikel yang lebih kecil, yang kemudian dapat diurai lebih lanjut oleh bakteri dan jamur. Proses ini mempercepat siklus nutrisi dalam tanah, meningkatkan kesuburan tanah, dan mendukung pertumbuhan tanaman. Tanpa pengurai seperti kaki seribu, hutan dan ekosistem darat lainnya akan menumpuk materi organik mati, menghambat siklus kehidupan.
Reproduksi dan Siklus Hidup:
Reproduksi kaki seribu melibatkan kopulasi internal. Jantan menggunakan kaki modifikasi yang disebut gonopoda untuk mentransfer sperma ke betina. Telur diletakkan di dalam tanah, serasah, atau di sarang yang dibangun khusus oleh betina. Larva yang baru menetas biasanya hanya memiliki tiga pasang kaki dan beberapa segmen tubuh. Seiring waktu, melalui serangkaian molting (ekdisis), mereka menambah segmen tubuh dan pasangan kaki hingga mencapai ukuran dewasa. Proses penambahan segmen dan kaki ini disebut anamorphosis.
Contoh Spesies Kaki Seribu:
- Archispirostreptus gigas: Kaki seribu raksasa Afrika, salah satu spesies terbesar di dunia, bisa mencapai panjang 38 cm. Sering dipelihara sebagai hewan peliharaan.
- Narceus americanus: Kaki seribu asli Amerika Utara, yang dapat mengeluarkan senyawa benzoquinone sebagai pertahanan.
- Illacme plenipes: Memegang rekor sebagai hewan dengan kaki terbanyak, dengan rata-rata 750 kaki, ditemukan di California.
Kelas Chilopoda: Predator Berbisa yang Cepat
Lipan, atau Chilopoda, adalah kelas miriapoda lain yang sangat menarik, namun dengan reputasi yang jauh berbeda dari kaki seribu. Jika kaki seribu adalah pengurai yang lembut dan lambat, lipan adalah predator yang cepat, lincah, dan dilengkapi dengan senjata mematikan: forcipules (maxilliped), sepasang cakar beracun yang dimodifikasi dari kaki pertama. Nama "Chilopoda" berarti "bibir kaki," mengacu pada forcipules ini yang terletak di bawah kepala.
Gambar 2: Ilustrasi Lipan (Chilopoda) dengan ciri khas satu pasang kaki per segmen dan forcipules di kepala.
Ciri-Ciri Khas Chilopoda:
- Tubuh Pipih Dorso-Ventral: Tubuh lipan cenderung pipih dari atas ke bawah, memungkinkan mereka untuk masuk ke celah-celah sempit saat berburu atau bersembunyi.
- Satu Pasang Kaki per Segmen: Setiap segmen tubuh lipan, kecuali segmen terakhir yang termodifikasi, memiliki satu pasang kaki. Jumlah total kaki bervariasi tergantung spesies, mulai dari 15 pasang hingga lebih dari 191 pasang.
- Gerakan Cepat dan Lincah: Lipan dikenal karena kecepatan dan kelincahannya. Kaki mereka yang panjang dan tubuh yang pipih memungkinkan mereka bergerak dengan sangat cepat di permukaan.
- Predator Beracun: Ini adalah ciri paling membedakan. Sepasang kaki pertama di kepala termodifikasi menjadi forcipules yang menyerupai taring. Forcipules ini memiliki kelenjar racun dan digunakan untuk menyuntikkan racun ke mangsanya.
- Diet Karnivora: Lipan adalah karnivora obligat. Mereka memangsa serangga lain, laba-laba, cacing, siput, dan bahkan vertebrata kecil seperti kadal, tikus, atau burung.
- Antena Panjang: Antena lipan biasanya panjang dan multi-segmen, sangat sensitif terhadap sentuhan dan bau, digunakan untuk mendeteksi mangsa dan menjelajahi lingkungan.
- Mata Sederhana: Mirip kaki seribu, lipan juga memiliki mata sederhana (oseli) atau tidak bermata.
- Molting Epimorphosis: Lipan menetas dari telur dengan jumlah segmen dan kaki yang lengkap seperti dewasa (atau mendekati lengkap), dan tidak menambah segmen setelah menetas. Pertumbuhan hanya melibatkan peningkatan ukuran.
Habitat dan Kebiasaan Berburu:
Lipan ditemukan di berbagai habitat darat di seluruh dunia, dari hutan hujan tropis hingga gurun, di bawah bebatuan, batang kayu, serasah daun, atau di tanah. Mereka cenderung aktif di malam hari (nokturnal) untuk menghindari predator dan mengurangi risiko dehidrasi. Dengan antena mereka yang panjang dan sensitif, mereka menjelajahi lingkungan mencari mangsa. Setelah menemukan mangsa, mereka dengan cepat menyerang, menangkapnya dengan forcipules, dan menyuntikkan racun. Racun ini melumpuhkan mangsa, memungkinkan lipan untuk memakannya.
Racun lipan bervariasi tingkat keparahannya antar spesies. Sengatan dari lipan kecil mungkin terasa seperti sengatan lebah, sementara sengatan dari spesies besar seperti Scolopendra gigantea (kelabang raksasa Amazon) dapat menyebabkan nyeri hebat, bengkak, mati rasa, dan dalam kasus yang jarang, komplikasi sistemik pada manusia.
Reproduksi dan Siklus Hidup:
Reproduksi lipan juga melibatkan kopulasi internal. Jantan menyimpan spermatofor (paket sperma) di jaring atau pada struktur yang dibangun, kemudian betina mengambilnya. Betina kemudian bertelur di tempat yang lembab, seringkali di bawah batu atau kayu, dan banyak spesies betina menjaga telurnya, bahkan melilitkan tubuhnya di sekitar telur untuk melindunginya dari predator dan jamur hingga menetas. Setelah menetas, anakan lipan sudah memiliki sebagian besar segmen tubuh dan kaki, dan mereka tumbuh melalui serangkaian molting, hanya meningkatkan ukurannya.
Contoh Spesies Lipan:
- Scolopendra gigantea: Kelabang raksasa Amazon, salah satu lipan terbesar di dunia, dapat mencapai panjang hingga 30 cm dan memangsa vertebrata kecil.
- Scutigera coleoptrata: Lipan rumah (house centipede), dikenal karena kaki-kakinya yang sangat panjang dan cepat. Meskipun terlihat menyeramkan, mereka sebenarnya adalah pembasmi hama yang efektif di dalam rumah.
- Lithobius forficatus: Lipan batu, sering ditemukan di kebun dan di bawah bebatuan, dengan ukuran yang lebih kecil.
Kelas Pauropoda dan Symphyla: Anggota Miriapoda yang Kurang Dikenal
Selain kaki seribu dan lipan, ada dua kelas miriapoda lain yang jauh lebih kecil, lebih tersembunyi, dan kurang dikenal oleh masyarakat umum: Pauropoda dan Symphyla. Meskipun demikian, mereka adalah bagian integral dari ekosistem tanah dan memiliki ciri-ciri unik yang membedakan mereka.
Kelas Pauropoda: Miriapoda Mini
Pauropoda adalah kelas miriapoda yang sangat kecil, biasanya hanya berukuran 0,5 hingga 2 milimeter. Mereka memiliki tubuh lunak, putih, dan umumnya tidak bermata. Nama "Pauropoda" berarti "kaki kecil," yang cocok dengan ukurannya.
Ciri-Ciri Khas Pauropoda:
- Ukuran Sangat Kecil: Hampir tidak terlihat dengan mata telanjang.
- Tubuh Lunak dan Putih: Kurangnya pigmentasi membuat mereka terlihat pucat.
- 9-11 Pasang Kaki: Umumnya memiliki 9 hingga 11 pasang kaki.
- Antena Bercabang: Ciri unik mereka adalah antena yang bercabang menjadi dua atau tiga.
- Tidak Bermata: Mereka sepenuhnya buta, mengandalkan antena dan organ sensorik lainnya untuk navigasi.
- Organ Sensorik Khusus: Memiliki sepasang organ sensorik khusus di sisi kepala yang disebut organ temporal, yang fungsinya masih belum sepenuhnya dipahami tetapi diperkirakan untuk deteksi getaran atau bahan kimia.
- Habitat Mikro: Hidup di celah-celah tanah, di antara serasah daun, di bawah batu, atau di kayu yang membusuk, di mana kelembaban tinggi terjaga.
- Diet: Diperkirakan memakan spora jamur, lumut, detritus, atau bahkan cairan dari akar tanaman.
- Gerakan Cepat: Meskipun kecil, mereka dapat bergerak cukup cepat untuk ukurannya.
Pauropoda berperan sebagai mikro-pengurai dalam ekosistem tanah, membantu dalam proses dekomposisi dan siklus nutrisi. Mereka sangat sensitif terhadap perubahan kelembaban dan suhu.
Kelas Symphyla: Kaki Seribu Kebun
Symphyla adalah kelas miriapoda lain yang kecil, berukuran 2 hingga 10 milimeter, sering disebut "kaki seribu kebun" karena habitat umum mereka. Meskipun namanya, mereka bukanlah kaki seribu sejati. Mereka memiliki tubuh ramping, berwarna putih, dan tampak seperti lipan mini.
Ciri-Ciri Khas Symphyla:
- Ukuran Kecil: Lebih besar dari pauropoda, tetapi masih relatif kecil.
- Tubuh Ramping dan Putih: Mirip dengan pauropoda dalam warna dan tekstur tubuh.
- 12 Pasang Kaki: Angka ini konstan pada individu dewasa.
- Antena Panjang: Memiliki antena yang panjang dan multi-segmen, mirip lipan.
- Tidak Bermata: Seperti pauropoda, mereka juga buta.
- Cercis: Di ujung posterior tubuh, mereka memiliki sepasang struktur mirip jarum yang disebut cercis, yang berisi kelenjar pemintal sutra. Fungsi sutra ini belum sepenuhnya jelas, tetapi mungkin digunakan untuk pertahanan atau membuat sarang.
- Habitat Tanah: Hidup di lapisan atas tanah, di bawah batu, di serasah daun, dan di dekat akar tanaman.
- Diet: Kebanyakan symphyla adalah herbivora, memakan akar tanaman muda dan rambut akar. Dalam jumlah besar, mereka kadang-kadang dapat menjadi hama pertanian di rumah kaca atau kebun dengan merusak tanaman. Namun, beberapa spesies juga diketahui memakan jamur atau detritus.
- Molting Anamorphosis: Mirip kaki seribu, symphyla lahir dengan lebih sedikit segmen dan kaki, dan menambah jumlahnya melalui molting hingga mencapai 12 pasang kaki dewasa.
Symphyla, meskipun kadang-kadang dianggap hama, juga berkontribusi pada aerasi tanah dan dekomposisi materi organik. Mereka adalah indikator kesehatan tanah yang baik karena sensitif terhadap polusi dan gangguan.
Anatomi Umum Miriapoda
Meskipun ada perbedaan mencolok antara kelas-kelas miriapoda, mereka semua berbagi pola dasar anatomi yang merupakan ciri khas subfilum ini. Memahami struktur tubuh mereka membantu kita mengapresiasi bagaimana mereka berfungsi dan beradaptasi dengan lingkungan darat.
1. Eksoskeleton:
Seperti semua artropoda, miriapoda memiliki eksoskeleton yang terbuat dari kitin. Eksoskeleton ini memberikan dukungan struktural, perlindungan terhadap predator, dan mencegah kehilangan air. Namun, eksoskeleton miriapoda umumnya kurang berlilin dibandingkan serangga, sehingga mereka lebih rentan terhadap kekeringan. Untuk itu, mereka sering ditemukan di habitat yang lembap.
2. Pembagian Tubuh:
Tubuh miriapoda umumnya terbagi menjadi dua bagian utama:
- Kepala (Caput): Bagian anterior yang mengandung otak, organ sensorik utama (antena, mata sederhana), dan mulut.
- Antena: Sepasang antena adalah indra peraba dan penciuman utama. Panjang dan struktur antena bervariasi antar kelas (pendek pada kaki seribu, panjang pada lipan, bercabang pada pauropoda).
- Mata: Sebagian besar miriapoda memiliki mata sederhana (oseli) atau tidak bermata sama sekali. Kemampuan penglihatan mereka sangat terbatas.
- Mulut: Dilengkapi dengan mandibula untuk mengunyah makanan. Lipan memiliki forcipules (maxilliped) di bawah kepala, yang merupakan kaki termodifikasi dengan kelenjar racun.
- Batang Tubuh (Trunk): Bagian memanjang yang terdiri dari banyak segmen yang berulang. Setiap segmen (atau diplosegmen pada kaki seribu) biasanya memiliki satu atau dua pasang kaki.
3. Sistem Pernapasan:
Miriapoda bernapas menggunakan sistem trakea, mirip dengan serangga. Udara masuk melalui lubang kecil di sisi tubuh yang disebut spirakel, kemudian mengalir melalui jaringan tabung trakea yang bercabang-cabang, membawa oksigen langsung ke sel-sel dan jaringan tubuh. Ini adalah sistem yang sangat efisien untuk transportasi gas di darat.
4. Sistem Peredaran Darah:
Mereka memiliki sistem peredaran darah terbuka (lakunar). Jantung berbentuk tabung memanjang terletak di punggung (dorsal) di sepanjang tubuh, memompa hemolimfa (darah artropoda) ke seluruh rongga tubuh, membasahi organ-organ internal. Hemolimfa kemudian kembali ke jantung melalui ostia (bukaan kecil). Hemolimfa ini membawa nutrisi dan membuang limbah, tetapi tidak berperan utama dalam transportasi oksigen (tugas trakea).
5. Sistem Saraf:
Sistem saraf miriapoda terdiri dari otak (ganglion serebral) di kepala dan sepasang tali saraf ventral yang membentang di sepanjang tubuh. Setiap segmen tubuh memiliki ganglion saraf sendiri yang mengontrol gerakan kaki dan respons lokal. Struktur ini memungkinkan gerakan yang terkoordinasi dari banyak kaki.
6. Sistem Pencernaan:
Sistem pencernaan mereka adalah saluran lurus yang membentang dari mulut di kepala hingga anus di ujung posterior tubuh. Kaki seribu memiliki usus yang dirancang untuk mencerna bahan tumbuhan dan detritus, sementara lipan memiliki sistem yang lebih adaptif untuk mencerna daging mangsa.
7. Organ Sensorik Lainnya:
Selain antena dan mata sederhana, miriapoda memiliki berbagai organ sensorik lain. Chemoreseptor di antena dan di sekitar mulut membantu mereka mendeteksi makanan dan lingkungan. Mechanoreseptor di kaki dan tubuh membantu mereka merasakan getaran dan sentuhan. Pauropoda memiliki organ temporal yang unik, dan symphyla memiliki cercis.
Siklus Hidup dan Reproduksi Miriapoda
Siklus hidup miriapoda, meskipun bervariasi antara kelas, umumnya melibatkan beberapa tahap: telur, larva atau juvenil, dan dewasa. Pertumbuhan terjadi melalui proses molting (ekdisis), di mana eksoskeleton lama dilepaskan dan diganti dengan yang baru yang lebih besar.
Reproduksi:
Semua miriapoda bereproduksi secara seksual, meskipun ada beberapa kasus partenogenesis (reproduksi tanpa pembuahan) yang dilaporkan.
- Transfer Sperma: Jantan biasanya tidak melakukan kopulasi langsung dalam arti yang sama seperti mamalia. Sebaliknya, jantan meletakkan paket sperma (spermatofor) di lingkungan, dan betina mengambilnya.
- Pada kaki seribu, jantan memiliki kaki modifikasi khusus yang disebut gonopoda, biasanya pada segmen ke-7, yang digunakan untuk mentransfer spermatofor ke organ reproduksi betina.
- Pada lipan, jantan seringkali membangun jaring sutra kecil tempat ia menyimpan spermatofor, dan kemudian menarik betina untuk mengambilnya.
- Peletakan Telur: Setelah pembuahan, betina akan meletakkan telur. Jumlah telur bervariasi dari beberapa lusin hingga ratusan, tergantung spesies.
- Kaki seribu sering meletakkan telur di sarang kecil yang mereka buat dari tanah dan liur, atau di serasah daun yang lembab.
- Lipan juga meletakkan telur di tempat yang lembap dan tersembunyi, seperti di bawah batu atau kayu. Banyak spesies lipan betina menunjukkan perawatan induk dengan melilitkan diri di sekitar telurnya untuk melindunginya dari predator, jamur, dan kekeringan.
Perkembangan dan Molting (Ekdisis):
Setelah menetas dari telur, miriapoda akan melewati serangkaian molting untuk tumbuh. Selama molting, mereka melepaskan eksoskeleton lama yang kaku (eksuvium) dan mengembangkan eksoskeleton baru. Proses ini memungkinkan mereka untuk tumbuh karena eksoskeleton tidak dapat meregang.
- Anamorphosis (Kaki Seribu, Symphyla, Pauropoda): Hewan menetas dengan jumlah segmen tubuh dan kaki yang lebih sedikit dari dewasa. Setiap molting menambahkan segmen dan pasangan kaki baru. Ini adalah alasan mengapa kaki seribu yang masih muda memiliki lebih sedikit kaki daripada yang dewasa. Proses ini terus berlanjut hingga mereka mencapai jumlah segmen dewasa atau bahkan sepanjang hidup mereka.
- Epimorphosis (Lipan): Hewan menetas dari telur dengan jumlah segmen tubuh dan kaki yang sudah lengkap atau hampir lengkap seperti dewasa. Pertumbuhan setelah menetas hanya melibatkan peningkatan ukuran, bukan penambahan segmen baru.
Durasi siklus hidup sangat bervariasi, dari beberapa bulan hingga beberapa tahun, tergantung pada spesies dan kondisi lingkungan. Beberapa kaki seribu, seperti kaki seribu raksasa Afrika, bisa hidup hingga 7-10 tahun di penangkaran.
Habitat dan Persebaran Global Miriapoda
Miriapoda adalah kelompok artropoda terestrial yang berhasil tersebar luas di seluruh dunia, mendiami berbagai jenis habitat. Namun, ada preferensi habitat yang jelas yang disebabkan oleh karakteristik fisiologis mereka, terutama kebutuhan akan kelembaban.
Preferensi Kelembaban:
Karena eksoskeleton mereka tidak memiliki lapisan lilin yang tebal seperti pada serangga, miriapoda sangat rentan terhadap kehilangan air melalui penguapan. Oleh karena itu, mereka sangat bergantung pada lingkungan yang lembab. Ini menjelaskan mengapa mereka jarang ditemukan di tempat terbuka yang kering dan terpapar sinar matahari langsung. Sebaliknya, mereka mencari perlindungan di:
- Serasah Daun: Lapisan daun yang membusuk di lantai hutan menyediakan kelembaban, makanan (bagi detritivora), dan tempat berlindung.
- Di Bawah Batu dan Kayu Lapuk: Bebatuan dan batang kayu yang tumbang menciptakan mikroklimat yang lembab dan stabil.
- Dalam Tanah: Tanah, terutama lapisan atas yang kaya bahan organik, adalah habitat yang ideal karena kelembaban yang konsisten dan perlindungan dari fluktuasi suhu.
- Di Bawah Kulit Pohon: Celah-celah di kulit pohon tua juga bisa menjadi tempat berlindung yang lembab.
- Gua: Lingkungan gua yang gelap dan lembab adalah habitat bagi beberapa spesies miriapoda khusus.
Persebaran Geografis:
Miriapoda ditemukan di setiap benua kecuali Antartika, mendiami hampir semua bioma darat, dari hutan hujan tropis yang lebat hingga daerah gurun yang semi-kering, dari dataran rendah hingga pegunungan tinggi.
- Kaki Seribu (Diplopoda): Paling beragam di daerah tropis dan subtropis, terutama di hutan-hutan di Amerika Selatan, Afrika, dan Asia Tenggara. Namun, mereka juga umum ditemukan di zona beriklim sedang di seluruh dunia.
- Lipan (Chilopoda): Juga tersebar luas di seluruh dunia, dengan keragaman tertinggi di daerah tropis. Spesies raksasa (misalnya, genus Scolopendra) terutama ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Lipan rumah (Scutigera coleoptrata) adalah salah satu spesies yang paling luas persebarannya, sering ditemukan di lingkungan buatan manusia.
- Pauropoda dan Symphyla: Karena ukurannya yang kecil dan sifatnya yang tersembunyi, mereka kurang terpantau namun juga memiliki persebaran global di tanah-tanah yang lembab, dari daerah beriklim sedang hingga tropis.
Meskipun memiliki preferensi habitat yang sama (kelembaban), kaki seribu dan lipan seringkali dapat hidup berdampingan di habitat yang sama tanpa banyak persaingan langsung karena perbedaan diet mereka yang mencolok. Kaki seribu berfokus pada dekomposisi, sementara lipan adalah predator puncak di tingkat mikro.
Peran Ekologis Miriapoda dalam Ekosistem
Meskipun ukurannya kecil, miriapoda memainkan peran yang sangat signifikan dalam kesehatan dan fungsi ekosistem darat. Peran mereka bervariasi sesuai dengan kelasnya, tetapi secara keseluruhan, mereka adalah komponen vital dalam rantai makanan dan siklus nutrisi.
1. Pengurai dan Pembuat Tanah (Kaki Seribu, Pauropoda, Symphyla):
Kaki seribu adalah salah satu pengurai utama di banyak ekosistem. Sebagai detritivora, mereka mengonsumsi bahan organik mati seperti daun jatuh, kayu lapuk, dan sisa-sisa tumbuhan. Dengan memecah materi ini menjadi partikel-partikel yang lebih kecil, mereka melakukan beberapa hal penting:
- Mempercepat Dekomposisi: Mereka meningkatkan luas permukaan bahan organik, membuatnya lebih mudah diakses oleh bakteri dan jamur yang melanjutkan proses dekomposisi.
- Siklus Nutrisi: Melalui pencernaan dan ekskresi, mereka mengembalikan nutrisi penting ke tanah dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tumbuhan. Ini sangat krusial untuk kesuburan tanah.
- Pembentukan Humus: Kotoran mereka (feses) yang kaya bahan organik membantu dalam pembentukan humus, lapisan tanah yang gelap, kaya nutrisi, dan sangat penting untuk retensi air dan struktur tanah.
- Aerasi Tanah: Gerakan mereka di dalam tanah membantu aerasi dan drainase tanah, menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk akar tanaman dan mikroorganisme tanah lainnya.
2. Predator (Lipan):
Lipan adalah predator puncak di komunitas artropoda darat. Mereka memangsa berbagai invertebrata lain seperti serangga, laba-laba, cacing, dan siput. Spesies lipan yang lebih besar bahkan dapat memangsa vertebrata kecil. Peran mereka sebagai predator sangat penting karena:
- Pengendalian Populasi Hama: Dengan memangsa serangga herbivora dan hama lainnya, lipan membantu mengendalikan populasi mereka, yang secara tidak langsung melindungi tanaman.
- Bagian dari Rantai Makanan: Lipan sendiri menjadi mangsa bagi hewan lain seperti burung, kadal, ular, mamalia kecil, dan bahkan beberapa artropoda predator lainnya, sehingga mereka merupakan mata rantai penting dalam rantai makanan.
3. Indikator Lingkungan:
Karena kepekaan mereka terhadap kelembaban dan kualitas tanah, kehadiran atau ketiadaan spesies miriapoda tertentu dapat menjadi indikator kesehatan lingkungan. Penurunan populasi miriapoda dapat menandakan adanya polusi tanah, kekeringan yang berkepanjangan, atau gangguan habitat lainnya.
Secara keseluruhan, miriapoda adalah kelompok hewan yang sering diabaikan namun sangat fundamental bagi fungsi ekosistem darat. Kaki seribu mengelola siklus nutrisi dan kesehatan tanah, sementara lipan membantu menjaga keseimbangan populasi invertebrata lainnya.
Mitos, Legenda, dan Interaksi Miriapoda dengan Manusia
Miriapoda, khususnya lipan dan kaki seribu, telah lama menjadi bagian dari cerita rakyat, mitos, dan interaksi sehari-hari dengan manusia di berbagai budaya. Pandangan terhadap mereka seringkali bercampur antara ketakutan, rasa ingin tahu, dan bahkan penghargaan.
Ketakutan dan Mitos:
Lipan, dengan gigitannya yang berbisa dan penampilannya yang menyeramkan, seringkali menjadi objek ketakutan dan takhayul. Di banyak budaya, mereka dianggap sebagai pertanda buruk atau makhluk yang harus dihindari.
- Sengatan Beracun: Kekhawatiran utama manusia terhadap lipan adalah racunnya. Meskipun jarang mematikan bagi manusia, sengatan lipan besar dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat, bengkak, dan reaksi alergi. Mitos sering membesar-besarkan efek racun ini.
- Asosiasi dengan Kegelapan: Karena sifat nokturnal dan habitat mereka di tempat gelap, lipan sering dikaitkan dengan kegelapan, dunia bawah, atau hal-hal gaib.
Dalam Pengobatan Tradisional:
Meskipun ditakuti, lipan dan kaki seribu juga memiliki tempat dalam pengobatan tradisional di beberapa belahan dunia.
- Pengobatan Tiongkok: Kelabang (lipan) dikeringkan dan digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok (TCM) untuk mengobati berbagai kondisi, termasuk kejang, tetanus, stroke, dan bahkan beberapa jenis kanker. Mereka diyakini memiliki sifat "dingin" dan "penghilang racun."
- Pengobatan Lokal: Di beberapa daerah, kaki seribu dan lipan juga digunakan dalam ramuan tradisional untuk mengobati luka, gigitan serangga, atau nyeri otot.
Kaki Seribu sebagai Hama atau Hewan Peliharaan:
- Hama: Kaki seribu, terutama jika jumlahnya sangat banyak, kadang-kadang bisa menjadi hama di taman atau pertanian, terutama jika mereka memakan akar tanaman muda atau buah yang jatuh. Namun, kasus ini relatif jarang dibandingkan dengan peran mereka sebagai pengurai. Symphyla juga dapat menjadi hama akar di rumah kaca.
- Hewan Peliharaan: Ironisnya, beberapa spesies kaki seribu raksasa, seperti Archispirostreptus gigas, telah menjadi hewan peliharaan eksotis yang populer. Sifat mereka yang tenang, umur panjang, dan kebutuhan perawatan yang relatif rendah menjadikan mereka pilihan menarik bagi penggemar invertebrata.
Kehadiran di Lingkungan Manusia:
Miriapoda seringkali ditemukan di lingkungan manusia, terutama di rumah-rumah tua, ruang bawah tanah, gudang, atau kebun yang lembab. Lipan rumah (Scutigera coleoptrata) adalah contoh paling terkenal dari miriapoda yang beradaptasi dengan baik di dalam rumah, di mana mereka memakan serangga lain seperti kecoak, laba-laba, dan semut, menjadikannya pembasmi hama alami yang efektif meskipun penampilannya dapat menakutkan.
Interaksi manusia dengan miriapoda mencerminkan kompleksitas hubungan kita dengan alam liar. Dari rasa takut dan takhayul hingga pemanfaatan dalam pengobatan dan bahkan sebagai hewan peliharaan, miriapoda terus memegang tempat yang unik dalam persepsi kita tentang dunia serangga yang "berkaki banyak."
Ancaman dan Konservasi Miriapoda
Meskipun miriapoda adalah kelompok yang sukses dan tersebar luas, mereka tidak kebal terhadap ancaman lingkungan yang dihadapi oleh banyak spesies lain. Pemahaman tentang ancaman ini penting untuk upaya konservasi.
Ancaman Utama:
- Perusakan Habitat: Ini adalah ancaman terbesar bagi sebagian besar spesies darat. Deforestasi, urbanisasi, dan konversi lahan untuk pertanian mengurangi luas habitat alami miriapoda. Karena banyak spesies sangat bergantung pada mikroklimat tertentu (misalnya, lapisan serasah daun yang tebal atau kayu lapuk), hilangnya struktur habitat ini sangat merugikan.
- Polusi: Penggunaan pestisida dan herbisida dalam pertanian dapat secara langsung membunuh miriapoda atau meracuni sumber makanan mereka. Polusi tanah dan air juga dapat berdampak negatif pada kesehatan dan kelangsungan hidup populasi miriapoda.
- Perubahan Iklim: Karena kepekaan mereka terhadap kelembaban, perubahan pola curah hujan dan peningkatan suhu global dapat menyebabkan kekeringan yang lebih sering atau parah, yang sangat mengancam kelangsungan hidup miriapoda. Habitat yang semakin kering akan memaksa mereka mencari perlindungan lebih dalam atau bermigrasi, atau bahkan menyebabkan kepunahan lokal.
- Spesies Invasif: Spesies invasif baru dapat bersaing dengan miriapoda asli untuk sumber daya atau menjadi predator yang efisien, mengganggu keseimbangan ekosistem.
- Perdagangan Hewan Peliharaan (untuk spesies tertentu): Beberapa spesies kaki seribu dan lipan raksasa menjadi target perdagangan hewan peliharaan eksotis. Meskipun sebagian besar pasokan berasal dari penangkaran, penangkapan berlebihan dari alam liar masih bisa menjadi masalah bagi spesies tertentu atau populasi yang rentan.
Pentingnya Konservasi:
Melindungi miriapoda dan habitatnya sangat penting karena peran ekologis mereka yang vital:
- Kesehatan Ekosistem: Kaki seribu sebagai pengurai adalah tulang punggung siklus nutrisi. Kehilangan mereka dapat mengganggu dekomposisi dan kesuburan tanah, berdampak buruk pada pertumbuhan tanaman dan organisme lain.
- Keseimbangan Rantai Makanan: Lipan sebagai predator membantu mengendalikan populasi invertebrata lainnya, menjaga keseimbangan ekosistem.
- Keanekaragaman Hayati: Setiap spesies miriapoda mewakili jutaan tahun evolusi dan keunikan biologis. Melindungi mereka berarti menjaga keanekaragaman hayati planet ini.
Upaya Konservasi:
Upaya konservasi miriapoda seringkali merupakan bagian dari konservasi invertebrata tanah yang lebih luas:
- Perlindungan Habitat: Melindungi hutan alami, lahan basah, dan ekosistem darat lainnya sangat penting. Ini termasuk membatasi deforestasi dan mendorong praktik pertanian berkelanjutan.
- Pengelolaan Lahan Berkelanjutan: Mengurangi penggunaan pestisida dan pupuk kimia, serta mempraktikkan pertanian konservasi (misalnya, tanpa olah tanah, penanaman penutup tanah) dapat meningkatkan kesehatan tanah dan mendukung populasi miriapoda.
- Penelitian: Lebih banyak penelitian diperlukan untuk memahami keanekaragaman spesies miriapoda, distribusi, biologi, dan status konservasinya, terutama untuk spesies yang kurang dikenal seperti pauropoda dan symphyla.
- Pendidikan Publik: Meningkatkan kesadaran akan pentingnya miriapoda dan peran ekologisnya dapat membantu mengubah persepsi negatif dan mendorong dukungan untuk upaya konservasi.
Dengan mengakui nilai ekologis miriapoda dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi habitat mereka, kita dapat memastikan bahwa "serangga kaki banyak" ini terus memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan planet kita.
Tabel Perbandingan Kelas Miriapoda
Untuk memudahkan pemahaman, berikut adalah perbandingan singkat antara keempat kelas miriapoda utama:
| Ciri | Diplopoda (Kaki Seribu) | Chilopoda (Lipan) | Pauropoda | Symphyla |
|---|---|---|---|---|
| Ukuran Umum | Beberapa mm hingga 38 cm | Beberapa mm hingga 30 cm | 0.5 - 2 mm | 2 - 10 mm |
| Bentuk Tubuh | Bulat/silindris | Pipih dorso-ventral | Lunak, putih, ramping | Ramping, putih |
| Jumlah Pasang Kaki per Segmen | Dua (pada diplosegmen) | Satu | 9-11 pasang total | 12 pasang total (dewasa) |
| Jumlah Segmen Tubuh | 25-100+ | 15-191+ | 11-12 segmen | 12 segmen |
| Antena | Pendek, 7-8 ruas | Panjang, banyak ruas | Bercabang | Panjang, banyak ruas |
| Mata | Oseli (sederhana) atau tidak bermata | Oseli (sederhana) atau tidak bermata | Tidak bermata | Tidak bermata |
| Diet | Detritivora (daun, kayu busuk), herbivora | Karnivora (predator serangga, laba-laba, dll.) | Spora jamur, lumut, detritus | Herbivora (akar tanaman), jamur, detritus |
| Pertahanan | Menggulung, cairan beracun/berbau | Gigitan beracun (forcipules), kecepatan | Bergerak cepat, ukuran kecil | Cercis dengan kelenjar sutra |
| Gerakan | Lambat, anggun | Cepat, lincah | Cepat (untuk ukurannya) | Cepat |
| Perkembangan | Anamorphosis | Epimorphosis | Anamorphosis | Anamorphosis |
Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ) tentang Miriapoda
1. Apa perbedaan utama antara kaki seribu dan lipan?
Perbedaan utamanya terletak pada jumlah kaki per segmen, diet, dan pertahanan diri. Kaki seribu (Diplopoda) memiliki dua pasang kaki per segmen (diplosegmen), umumnya herbivora/detritivora, bergerak lambat, dan bertahan dengan menggulung atau mengeluarkan cairan berbau. Lipan (Chilopoda) memiliki satu pasang kaki per segmen, adalah predator karnivora, bergerak cepat, dan memiliki cakar beracun (forcipules) untuk menyerang mangsa.
2. Apakah semua miriapoda beracun?
Tidak semua. Hanya lipan (Chilopoda) yang memiliki cakar beracun (forcipules) yang dapat menyuntikkan racun. Kaki seribu (Diplopoda) dapat mengeluarkan cairan yang mengiritasi kulit atau berbau busuk sebagai mekanisme pertahanan, tetapi mereka tidak menggigit atau menyengat dengan racun seperti lipan. Pauropoda dan Symphyla tidak beracun bagi manusia.
3. Apakah miriapoda berbahaya bagi manusia?
Sebagian besar miriapoda tidak berbahaya bagi manusia. Kaki seribu umumnya jinak dan hanya bisa mengeluarkan cairan pertahanan yang mungkin sedikit mengiritasi kulit sensitif. Lipan, terutama spesies besar, dapat memberikan sengatan yang menyakitkan (seperti sengatan lebah atau tawon yang parah) dan menyebabkan pembengkakan, kemerahan, atau mati rasa, tetapi jarang mengancam jiwa kecuali pada individu yang sangat alergi atau kasus langka keracunan sistemik.
4. Di mana saya bisa menemukan miriapoda?
Miriapoda menyukai lingkungan yang lembab dan gelap. Anda bisa menemukan mereka di bawah batu, kayu lapuk, tumpukan daun, di dalam tanah, di bawah pot tanaman, atau di tempat-tempat lembab lainnya di kebun, hutan, atau bahkan di ruang bawah tanah yang lembab di rumah Anda.
5. Apa yang harus saya lakukan jika menemukan miriapoda di rumah?
Jika itu adalah kaki seribu, Anda bisa membiarkannya atau memindahkannya ke luar dengan hati-hati menggunakan sarung tangan atau sapu dan pengki. Jika itu adalah lipan, terutama lipan besar, lebih baik berhati-hati. Anda bisa mencoba menangkapnya dengan wadah dan melepaskannya di luar, atau membasminya jika Anda khawatir akan gigitannya. Lipan rumah (Scutigera coleoptrata) sebenarnya adalah pembasmi hama yang bermanfaat, memakan serangga lain di rumah Anda.
6. Apakah miriapoda adalah serangga?
Tidak, miriapoda bukan serangga. Meskipun keduanya termasuk dalam filum Arthropoda, mereka adalah subfilum yang berbeda. Serangga termasuk dalam kelas Hexapoda, yang memiliki tiga pasang kaki, tubuh terbagi menjadi tiga bagian (kepala, toraks, abdomen), dan seringkali bersayap. Miriapoda memiliki banyak segmen dan banyak kaki, serta tidak bersayap.
7. Bagaimana miriapoda berkontribusi pada lingkungan?
Miriapoda memainkan peran penting dalam ekosistem. Kaki seribu adalah pengurai yang vital, membantu memecah bahan organik mati dan mengembalikan nutrisi ke tanah, sehingga meningkatkan kesuburan tanah. Lipan adalah predator yang membantu mengendalikan populasi serangga lain. Keduanya merupakan bagian penting dari rantai makanan.
8. Berapa banyak kaki yang dimiliki kaki seribu sebenarnya?
Meskipun namanya "kaki seribu," sebagian besar spesies tidak benar-benar memiliki 1000 kaki. Jumlah kaki bervariasi dari sekitar 20-200 pasang (40-400 kaki). Namun, ada satu spesies, Illacme plenipes, yang memegang rekor dengan rata-rata 750 kaki (375 pasang), dan beberapa individu dilaporkan memiliki lebih banyak lagi. Lipan memiliki jumlah kaki yang lebih sedikit, mulai dari 15 pasang hingga hampir 200 pasang.
Kesimpulan
Miriapoda, dengan keragaman luar biasa dari kaki seribu yang tenang dan pengurai hingga lipan yang cepat dan predator, adalah kelompok artropoda yang mempesona dan esensial bagi ekosistem darat. Jauh dari sekadar "serangga dengan banyak kaki," mereka mewakili jalur evolusi yang unik, dengan adaptasi khusus untuk kehidupan di lingkungan lembap dan gelap.
Kaki seribu, dengan pergerakan mereka yang lambat dan diet detritivora, adalah arsitek tak terlihat dari kesuburan tanah, mengubah materi organik mati menjadi nutrisi yang menopang kehidupan. Mereka adalah salah satu kunci utama dalam siklus nutrisi di hutan dan kebun kita. Di sisi lain, lipan, dengan kecepatan dan racunnya, adalah pemburu ulung yang menjaga keseimbangan populasi invertebrata lainnya, memainkan peran penting sebagai predator puncak di tingkat mikroekosistem.
Meskipun pauropoda dan symphyla mungkin luput dari perhatian karena ukurannya yang sangat kecil dan kebiasaan tersembunyi, mereka juga merupakan bagian integral dari kompleksitas tanah, berkontribusi pada dekomposisi dan interaksi ekologis yang tak terhitung jumlahnya. Interaksi manusia dengan miriapoda, mulai dari ketakutan yang mendalam hingga kekaguman akan ketangguhan dan perannya, mencerminkan pemahaman kita yang terus berkembang tentang keanekaragaman hayati.
Memahami dan menghargai miriapoda lebih dari sekadar mengidentifikasi spesies; ini adalah tentang memahami jaringan kehidupan yang rumit di sekitar kita. Dengan melindungi habitat mereka dan mengurangi dampak negatif aktivitas manusia, kita tidak hanya melindungi kelompok hewan yang unik ini, tetapi juga menjaga kesehatan dan keberlanjutan ekosistem darat yang kita semua bergantung padanya. Semoga artikel ini telah memberikan wawasan yang lebih dalam tentang dunia miriapoda yang luar biasa.