Angkak untuk Demam Berdarah: Mitos atau Fakta?

Angkak dan Demam Berdarah

Ilustrasi simbolis angkak dan perlindungan.

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan serius di banyak negara tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Gejala DBD bervariasi, mulai dari demam ringan hingga kondisi yang mengancam jiwa seperti DBD berat (syndrome syok dengue). Seiring dengan upaya pencegahan dan penanganan medis, berbagai pengobatan tradisional atau herbal kerap menjadi perhatian masyarakat. Salah satunya adalah penggunaan angkak.

Apa Itu Angkak?

Angkak, atau yang dikenal juga sebagai beras ragi merah, adalah beras yang difermentasi menggunakan ragi Monascus purpureus. Proses fermentasi ini menghasilkan pigmen merah alami yang khas. Angkak telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok untuk berbagai khasiat, seperti menurunkan kolesterol, melancarkan peredaran darah, dan meningkatkan kesehatan jantung. Kandungan dalam angkak, seperti monacolin K, mirip dengan statin yang digunakan dalam obat penurun kolesterol.

Klaim Angkak untuk Demam Berdarah

Belakangan ini, muncul klaim bahwa angkak dapat membantu meningkatkan trombosit pada penderita Demam Berdarah Dengue (DBD). Trombosit, atau platelet, adalah komponen darah yang berperan penting dalam pembekuan darah. Salah satu komplikasi berbahaya dari DBD adalah penurunan jumlah trombosit secara drastis, yang dikenal sebagai trombositopenia. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko perdarahan, baik internal maupun eksternal.

Mekanisme yang diklaim bekerja adalah bahwa senyawa-senyawa dalam angkak, seperti polifenol dan flavonoid, dipercaya memiliki efek antioksidan dan anti-inflamasi. Selain itu, beberapa penelitian pendahuluan juga mengaitkan angkak dengan potensi peningkatan produksi trombosit. Hal inilah yang kemudian memicu kepercayaan bahwa konsumsi angkak dapat menjadi solusi alami untuk menaikkan kadar trombosit pada pasien DBD.

Tinjauan Ilmiah dan Fakta

Meskipun klaim tersebut menarik, penting untuk meninjau bukti ilmiah yang mendukungnya. Hingga saat ini, penelitian yang secara spesifik dan kuat membuktikan efektivitas angkak dalam meningkatkan trombosit pada pasien DBD masih sangat terbatas. Sebagian besar klaim didasarkan pada efek angkak dalam menurunkan kolesterol dan penelitian in vitro atau pada hewan yang belum tentu berlaku pada manusia, apalagi pada kondisi spesifik seperti infeksi virus dengue.

Penelitian mengenai efektivitas angkak pada trombosit memang ada, namun fokus utamanya lebih sering terkait dengan kondisi lain yang menyebabkan trombositopenia, bukan spesifik pada infeksi virus dengue. Perlu dipahami bahwa mekanisme penurunan trombosit pada DBD sangat kompleks, melibatkan destruksi trombosit oleh sistem imun yang teraktivasi oleh virus, serta gangguan pada sumsum tulang.

Oleh karena itu, menganggap angkak sebagai obat tunggal atau pengganti pengobatan medis konvensional untuk DBD bisa sangat berisiko. Penyakit DBD memerlukan penanganan medis yang serius dan terstandarisasi. Dokter akan memantau ketat kondisi pasien, termasuk kadar trombosit, cairan tubuh, dan tanda-tanda perdarahan. Pemberian cairan infus, pemantauan gejala, dan dalam kasus tertentu, transfusi trombosit, adalah bagian dari penanganan medis yang terbukti secara ilmiah.

Pentingnya Konsultasi Medis

Mengonsumsi angkak atau suplemen herbal lainnya tanpa berkonsultasi dengan dokter dapat menimbulkan beberapa masalah. Pertama, efektivitasnya terhadap DBD belum terbukti secara ilmiah, sehingga bisa menunda atau menghambat pasien mendapatkan pengobatan yang tepat. Kedua, angkak memiliki potensi interaksi dengan obat-obatan tertentu. Bagi pasien yang sedang menjalani pengobatan lain, terutama obat pengencer darah atau obat penurun kolesterol, konsumsi angkak harus dilakukan di bawah pengawasan ketat tenaga medis.

Ketiga, kualitas dan keamanan produk angkak yang beredar di pasaran bisa bervariasi. Ada kemungkinan produk tersebut terkontaminasi atau tidak memiliki dosis bahan aktif yang sesuai, sehingga mengurangi khasiatnya atau bahkan menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.

Angkak Memiliki Potensi Khasiat, Namun Bukan Pengganti Terapi Medis DBD

Kesimpulannya, sementara angkak dikenal memiliki manfaat kesehatan lain, seperti menurunkan kolesterol berkat kandungan monacolin K-nya, klaim spesifiknya sebagai pengobatan efektif untuk meningkatkan trombosit pada Demam Berdarah Dengue (DBD) belum didukung oleh bukti ilmiah yang kuat dan memadai. Angkak sebaiknya tidak dianggap sebagai pengganti pengobatan medis konvensional untuk DBD.

Prioritaskan diagnosis dan penanganan oleh tenaga medis profesional. Jika Anda atau keluarga terdiagnosis DBD, ikuti saran dan instruksi dokter dengan cermat. Diskusi dengan dokter Anda mengenai penggunaan suplemen herbal seperti angkak sangatlah penting untuk memastikan keamanan dan menghindari potensi interaksi atau penundaan terapi yang tepat.

Artikel ini hanya bersifat informatif dan edukatif. Tidak menggantikan nasihat medis profesional. Selalu konsultasikan dengan dokter atau tenaga kesehatan yang berkualifikasi mengenai kondisi kesehatan Anda.

🏠 Homepage