Mengapa Terjadi Perbedaan Pendapat Tentang Jumlah Ayat dalam Al-Qur'an?

Ilustrasi Ayat dan Penulisan

Al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang diyakini sebagai wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Salah satu aspek yang sering menjadi bahasan dan menimbulkan diskusi di kalangan akademisi maupun umat awam adalah mengenai jumlah total ayat dalam Al-Qur'an. Secara umum, masyarakat Muslim mengenal angka 6.236 ayat (tanpa basmalah di awal surah) atau 6.666 ayat (jika menghitung basmalah setiap awal surah, kecuali Surah At-Taubah). Namun, jika ditelusuri lebih mendalam, terdapat perbedaan angka yang signifikan yang berkisar antara 6.204 hingga 6.236 ayat, bahkan ada yang menyebutkan 6.600 lebih.

Perbedaan jumlah ayat ini bukanlah perbedaan dalam substansi teks Al-Qur'an itu sendiri—teks inti Al-Qur'an adalah tunggal dan terjaga otentisitasnya—melainkan bersumber pada metodologi penghitungan (adad al-ayat) yang digunakan oleh berbagai mazhab qira'at (cara membaca Al-Qur'an) dan sekolah-sekolah mushaf (naskah Al-Qur'an) di masa lampau.

Faktor Utama Penyebab Perbedaan Metodologi Penghitungan

Setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan variasi dalam penghitungan jumlah ayat:

1. Status Basmalah di Awal Surah

Masalah paling mendasar adalah perbedaan pandangan mengenai status Bismillahirrahmanirrahim yang terletak di awal setiap surah (kecuali Surah At-Taubah). Sebagian besar ulama menetapkan bahwa basmalah adalah satu ayat penuh, namun mereka berbeda pendapat mengenai apakah ayat ini dihitung sebagai ayat pembuka Surah Al-Fatihah atau sebagai ayat pertama dari surah-surah lainnya.

2. Status Waqaf (Tanda Berhenti) dan Fashl (Pemisah)

Perbedaan lain muncul pada penentuan di mana akhir sebuah ayat berakhir dan ayat berikutnya dimulai, terutama pada ayat-ayat yang relatif pendek atau ayat yang terdiri dari satu kata.

Para ulama menetapkan batasan ayat berdasarkan riwayat periwayatan (transmisi lisan dan tertulis) dari Nabi Muhammad SAW. Namun, beberapa ahli mushaf di masa awal menetapkan tanda berhenti (waqaf) pada posisi yang berbeda. Misalnya, ada perbedaan apakah sebuah kalimat pendek yang diakhiri dengan huruf tertentu dianggap sebagai satu ayat utuh atau hanya bagian dari ayat sebelumnya.

Sebagai contoh klasik adalah Surah Al-Fatihah. Mayoritas ulama menghitung Al-Fatihah memiliki tujuh ayat. Namun, beberapa riwayat menetapkan bahwa 'Amien' (yang diucapkan setelah Al-Fatihah) adalah ayat ketujuh, sementara yang lain menganggap 'Amien' sebagai pelengkap doa dan bukan bagian dari teks Al-Qur'an, sehingga ayat ketujuh adalah ayat terakhir dari teks yang tertera.

3. Perbedaan Mazhab Penghitungan Regional

Pada abad-abad awal Islam, ada empat pusat utama pembukuan dan penghitungan mushaf yang terkenal, yaitu Mekah, Madinah, Kufah, dan Basrah. Masing-masing pusat ini mengembangkan standar penghitungan mereka sendiri berdasarkan riwayat periwayatan yang mereka terima:

Mazhab Penghitungan Jumlah Ayat (Perkiraan)
Madinah 6.214
Mekah 6.219
Kufah 6.236 (Paling Umum)
Basrah 6.204

Implikasi Terhadap Keaslian Teks

Penting untuk ditekankan bahwa perbedaan dalam penghitungan jumlah ayat ini sama sekali tidak memengaruhi keaslian teks Al-Qur'an (textus receptus). Baik mushaf Kufah maupun Madinah, atau Syam, memiliki urutan surah yang sama dan lafaz ayat yang sama persis. Perbedaannya hanya terletak pada penandaan numerik di akhir ayat.

Metode penghitungan yang dominan dan diikuti oleh mayoritas umat Islam saat ini adalah metode Kufah, yang menghasilkan total 6.236 ayat tanpa menghitung basmalah di awal surah. Angka ini menjadi rujukan standar dalam penomoran ayat modern. Perbedaan ini merupakan catatan sejarah penting yang menunjukkan kekayaan tradisi periwayatan Islam, namun tidak pernah menjadi sumber perselisihan teologis yang signifikan karena konsensus umum terhadap isi dan susunan Al-Qur'an.

🏠 Homepage