Mayoritas Penduduk: Fakta Demografi Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan, sebagai salah satu provinsi inti di Pulau Borneo, memiliki kekhasan demografi yang signifikan. Salah satu fenomena paling mencolok adalah tingginya jumlah penduduk suku Banjar yang tinggi di Kalimantan Selatan. Suku Banjar bukan sekadar salah satu etnis besar; mereka adalah kelompok mayoritas yang membentuk tulang punggung sosial, budaya, dan sejarah provinsi ini. Keberadaan mereka telah menorehkan jejak mendalam, mulai dari pola permukiman hingga sistem pemerintahan tradisional yang kini menjadi cikal bakal administrasi modern.
Data statistik kependudukan, meskipun bervariasi tergantung metode sensus, secara konsisten menempatkan populasi etnis Banjar sebagai kelompok terbesar, seringkali melebihi 70% dari total penduduk provinsi. Angka ini menggarisbawahi betapa terintegrasinya identitas Banjar dengan identitas Kalimantan Selatan itu sendiri. Sejarah migrasi dan perkembangan wilayah ini sangat terkait erat dengan ekspansi Kerajaan Banjar di masa lampau, yang secara alami menarik dan mempertahankan populasi etnis Banjar di wilayah inti seperti Banjarmasin, Banjarbaru, dan daerah-daerah aliran sungai besar.
Ilustrasi visual perbandingan demografi di Kalimantan Selatan.
Faktor Sejarah dan Budaya yang Mempertahankan Populasi
Tingginya jumlah penduduk suku Banjar tidak terjadi secara kebetulan. Hal ini adalah hasil akumulasi dari sejarah panjang. Sebagai masyarakat agraris dan maritim yang terorganisir, suku Banjar telah lama menguasai jalur-jalur perdagangan sungai utama, seperti Sungai Barito dan anak-anak sungainya. Kota Banjarmasin, yang kini menjadi pusat ekonomi, didirikan di atas basis permukiman Banjar. Bahasa Banjar menjadi bahasa pergaulan (lingua franca) di sebagian besar wilayah selatan dan tengah Kalimantan, memperkuat kohesi sosial dan budaya di antara penduduk.
Selain faktor geografis dan historis, identitas keagamaan juga berperan penting. Mayoritas suku Banjar memeluk Islam Sunni yang kental dengan tradisi lokal (tasawuf dan tradisi kesultanan), yang mana hal ini menjadi perekat sosial yang kuat selama berabad-abad. Meskipun Kalimantan Selatan kini menerima migrasi dari pulau lain, laju pertumbuhan alami dan keberlanjutan komunitas Banjar telah memastikan mereka tetap memegang kendali demografis.
Implikasi Demografis di Era Modern
Kondisi di mana jumlah penduduk suku Banjar yang tinggi di Kalimantan Selatan memberikan implikasi signifikan terhadap tata kelola pemerintahan dan kebijakan publik. Dalam konteks politik lokal, aspirasi dan pandangan mayoritas etnis Banjar cenderung sangat menentukan arah pembangunan regional. Pendidikan, adat istiadat (seperti hukum perkawinan adat atau sistem kepemilikan tanah tradisional), seringkali dipengaruhi oleh norma-norma Banjar.
Namun, penting untuk dicatat bahwa meskipun dominan, Kalimantan Selatan adalah wilayah yang majemuk. Kehadiran etnis Dayak sebagai penduduk asli, serta pendatang dari Jawa, Madura, dan Bugis, juga turut memperkaya mosaik budaya. Tantangan di masa depan adalah bagaimana mempertahankan warisan budaya Banjar yang kaya sambil tetap memastikan inklusivitas dan harmoni bagi seluruh warga Kalimantan Selatan, terlepas dari latar belakang etnis mereka. Angka populasi yang besar ini menuntut tanggung jawab besar dalam menjaga keseimbangan sosial di tengah arus modernisasi dan dinamika kependudukan nasional.
Kesimpulannya, dominasi demografi suku Banjar di Kalimantan Selatan adalah sebuah keniscayaan historis dan budaya. Keberadaan mereka yang masif tidak hanya tercermin dalam angka sensus, tetapi juga dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari provinsi ini, menjadikannya identitas utama Kalimantan Selatan di mata Indonesia.