Memahami Jumlah Negara Miskin di Dunia: Tantangan Global

Representasi Grafik Pertumbuhan Ekonomi yang Terhambat Kaya Menengah Miskin Hambatan

Ilustrasi kesenjangan pembangunan ekonomi antar negara.

Pertanyaan mengenai jumlah negara miskin di dunia adalah salah satu indikator paling penting dalam mengukur kesejahteraan global. Kemiskinan tidak hanya diukur dari pendapatan per kapita, tetapi juga mencakup akses terhadap layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, dan sanitasi. Definisi dan metodologi yang digunakan oleh lembaga-lembaga internasional seperti Bank Dunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) seringkali menjadi acuan utama dalam penentuan klasifikasi ini.

Secara umum, negara diklasifikasikan berdasarkan tingkat pendapatan mereka, seringkali menggunakan ambang batas Pendapatan Nasional Bruto (PNB) per kapita. Negara-negara yang masuk dalam kategori pendapatan rendah (low-income economies) sering kali diidentikkan dengan tingkat kemiskinan struktural yang tinggi. Meskipun angka pastinya selalu berfluktuasi karena pertumbuhan ekonomi dan krisis global, kelompok negara yang secara konsisten menghadapi tantangan kemiskinan ekstrem cenderung berada di wilayah Sub-Sahara Afrika dan beberapa bagian Asia Selatan.

Mengapa Sulit Menentukan Angka Pasti?

Menghitung jumlah negara yang sepenuhnya miskin merupakan tugas yang kompleks. Lembaga internasional umumnya menggunakan dua pendekatan utama: klasifikasi pendapatan dan penetapan garis kemiskinan absolut.

Oleh karena itu, ketika membahas jumlah negara miskin, seringkali yang dimaksud adalah negara yang dikategorikan sebagai "negara berpendapatan rendah" atau negara-negara yang masuk dalam daftar "Negara Berkembang Paling Terbelakang (LDCs)" menurut PBB. Daftar LDCs ini secara spesifik menyoroti negara-negara yang paling rentan terhadap guncangan ekonomi dan lingkungan. Jumlah negara dalam daftar LDCs cenderung lebih stabil namun mencakup negara-negara yang menghadapi hambatan struktural parah dalam pembangunan.

Faktor Utama yang Menyebabkan Kemiskinan Struktural

Kemiskinan di banyak negara bukan disebabkan oleh satu faktor tunggal, melainkan akibat interaksi dari berbagai masalah struktural yang saling menguatkan. Memahami faktor-faktor ini penting untuk mengukur kedalaman masalah kemiskinan global.

1. Tata Kelola dan Konflik

Integritas institusi dan stabilitas politik memegang peranan krusial. Negara yang dilanda konflik berkepanjangan atau memiliki tingkat korupsi yang tinggi cenderung gagal menarik investasi asing, mengelola sumber daya alam secara efektif, dan menyediakan layanan publik yang memadai. Konflik bersenjata menghancurkan infrastruktur dan memaksa jutaan orang mengungsi, menciptakan lingkaran kemiskinan baru.

2. Ketergantungan Ekonomi dan Akses Pasar

Banyak negara miskin memiliki ekonomi yang sangat bergantung pada ekspor komoditas mentah. Fluktuasi harga global komoditas ini menciptakan ketidakpastian pendapatan nasional. Selain itu, hambatan perdagangan dan kurangnya diversifikasi industri menghambat mereka untuk bersaing di pasar global yang bernilai tambah tinggi.

3. Krisis Iklim dan Lingkungan

Negara-negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim—seperti kekeringan berkepanjangan, banjir ekstrem, dan kenaikan permukaan laut—seringkali adalah negara yang paling miskin. Karena sektor pertanian menjadi tulang punggung ekonomi mereka, kerusakan lingkungan secara langsung mengancam ketahanan pangan dan mata pencaharian masyarakat luas.

4. Akses Terbatas terhadap Modal Manusia

Rendahnya investasi dalam pendidikan berkualitas dan layanan kesehatan menyebabkan modal manusia yang lemah. Tanpa keterampilan yang memadai, angkatan kerja sulit beralih ke sektor produktif, sehingga produktivitas nasional tetap rendah dan tingkat ketergantungan pada bantuan luar negeri tetap tinggi.

Upaya Global dan Prospek Masa Depan

Komunitas internasional telah menetapkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB, di mana Tujuan Nomor 1 adalah mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuknya di mana pun. Walaupun kemajuan telah dicapai dalam dekade terakhir—terutama dalam mengurangi kemiskinan ekstrem secara global—kemajuan ini terhambat oleh pandemi dan ketegangan geopolitik.

Mengurangi jumlah negara miskin di dunia memerlukan pendekatan yang lebih terintegrasi, fokus pada pembangunan infrastruktur berkelanjutan, reformasi tata kelola, dan dukungan adaptasi iklim. Upaya ini harus didukung oleh kebijakan perdagangan yang lebih adil dan peningkatan investasi pada sektor-sektor lokal yang mampu menciptakan lapangan kerja berkualitas tinggi dan berkelanjutan. Mengatasi kemiskinan struktural adalah sebuah maraton pembangunan, bukan lari cepat, yang menuntut komitmen jangka panjang dari pemerintah domestik dan mitra pembangunan internasional.

🏠 Homepage