Dalam era digitalisasi pendidikan dan asesmen, peran proktor menjadi sangat krusial. Proktor, atau pengawas ujian berbasis komputer, bertanggung jawab menjaga integritas proses ujian online. Salah satu pertanyaan teknis yang sering muncul terkait implementasi sistem ujian adalah mengenai jumlah id proktor yang ideal atau yang diizinkan oleh sebuah platform.
Penentuan jumlah id proktor tidak hanya masalah administratif, tetapi menyangkut efisiensi pengawasan dan keamanan data. Setiap sistem manajemen ujian (LMS atau aplikasi khusus ujian) memiliki batasan teknis dan kebijakan operasional. Jika sebuah sesi ujian diikuti oleh ribuan peserta, kebutuhan akan pengawasan yang memadai menjadi prioritas utama.
Secara umum, kebutuhan akan banyak ID proktor muncul dalam skenario berikut: pengujian skala besar (nasional atau regional) yang diadakan serentak, atau ujian di mana peserta tersebar di berbagai lokasi geografis. Dalam kasus ini, administrator sistem perlu memastikan bahwa rasio peserta terhadap proktor terjaga untuk mencegah kecurangan. Jika rasio terlalu besar, efektivitas pengawasan menurun drastis.
Tidak ada satu angka pasti yang berlaku universal untuk jumlah id proktor. Angka ini sangat bergantung pada arsitektur platform yang digunakan dan kebijakan penyelenggara ujian. Berikut adalah beberapa faktor utama yang memengaruhinya:
Ketika sistem mendeteksi bahwa sesi ujian memerlukan pengawasan melebihi kapasitas yang diizinkan, beberapa hal bisa terjadi. Pertama, sistem mungkin menolak permintaan penambahan proktor baru. Kedua, jika sistem dirancang untuk keamanan maksimum, ia mungkin membatasi jumlah peserta yang bisa bergabung dalam sesi tersebut hingga rasio pengawasan kembali ideal. Kegagalan dalam memastikan jumlah id proktor yang memadai dapat membuka celah keamanan dan membatalkan validitas hasil ujian secara keseluruhan.
Untuk menghadapi ujian dengan puluhan ribu peserta, administrator sistem biasanya menerapkan strategi berlapis terkait jumlah id proktor:
Pertama, menggunakan sistem proktor bertingkat (hierarki). Misalnya, ada Proktor Utama (Super Admin), Proktor Lokasi (yang mengawasi sekelompok proktor sesi), dan Proktor Sesi (yang langsung memantau peserta). Meskipun ID yang aktif di sesi mungkin banyak, struktur hierarkis ini membantu manajemen beban kerja.
Kedua, memanfaatkan fitur pengawasan otomatis. Platform modern sering mengintegrasikan AI untuk menandai perilaku mencurigakan, yang memungkinkan satu proktor mengawasi lebih banyak peserta karena tugas pemantauan dasar sudah dibantu oleh teknologi.
Intinya, pertanyaan mengenai jumlah id proktor harus selalu dikembalikan kepada spesifikasi teknis dan pedoman keamanan dari platform ujian yang digunakan. Institusi harus melakukan uji coba beban (load testing) jauh sebelum hari-H untuk memastikan bahwa jumlah ID proktor yang disiapkan tidak hanya memenuhi, tetapi melebihi persyaratan minimum pengawasan yang aman dan efektif. Pengelolaan proktor yang baik adalah fondasi bagi terwujudnya asesmen yang jujur dan akuntabel.