Memahami Jumlah Ayat Al-Qur'an dan Kaitannya dengan Lajnah

Ilustrasi Kitab Suci dan Timbangan Qur'an Kesesuaian

Al-Qur'an, sebagai kitab suci umat Islam, memiliki susunan ayat dan surah yang diyakini mutlak berasal dari Allah SWT melalui perantaraan Nabi Muhammad SAW. Salah satu pertanyaan mendasar yang sering muncul dalam studi keislaman adalah mengenai jumlah pasti ayat dalam Al-Qur'an. Jawaban atas pertanyaan ini, meskipun tampaknya sederhana, memiliki beberapa perspektif historis dan metodologis yang perlu dipahami, terutama kaitannya dengan konsep penetapan standar atau verifikasi, yang dalam konteks tertentu dapat dihubungkan dengan peran badan penetapan standar, atau dalam terminologi yang lebih umum, Lajnah.

Perbedaan Pendapat Mengenai Jumlah Ayat

Secara umum, konsensus ulama menetapkan bahwa Al-Qur'an terdiri dari 114 surah. Namun, mengenai jumlah total ayat (ayat), terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama qira'at dan ahli tafsir dari masa lampau. Perbedaan ini bukan karena adanya keraguan terhadap kemurnian wahyu, melainkan murni disebabkan oleh perbedaan metodologi dalam menentukan titik akhir (waqaf) atau pemisahan ayat.

Beberapa hitungan populer yang sering disebut antara lain:

Jumlah yang paling sering digunakan dan dianut oleh mayoritas umat Islam dan yang terdapat dalam mushaf standar Utsmani (yang kini tersebar luas) adalah 6236 ayat. Perbedaan ayat ini sebagian besar disebabkan oleh penghitungan Basmalah (Bismillahirrohmanirrohim) di awal setiap surah (kecuali Surah At-Taubah). Jika Basmalah dihitung sebagai ayat di setiap surah, jumlahnya akan bertambah.

Kesesuaian dengan Lajnah Penetapan Standar

Istilah Lajnah (لجنة) secara harfiah berarti komite, dewan, atau badan. Dalam konteks modern dan keilmuan, Lajnah sering merujuk pada badan resmi yang bertugas menetapkan, mengaudit, atau memverifikasi standar tertentu. Dalam konteks Al-Qur'an, meskipun tidak ada 'Lajnah' yang secara eksplisit diutus pada masa Nabi untuk menghitung ayat, upaya standardisasi penulisan Al-Qur'an adalah sebuah proses yang sangat terorganisir dan melibatkan badan kolektif para penghafal (sahabat).

Proses kodifikasi Al-Qur'an di masa Abu Bakar dan kemudian standardisasi mushaf di masa Utsman bin Affan adalah manifestasi paling awal dari 'verifikasi kolektif' atau penetapan standar. Mushaf Utsmani yang menjadi acuan standar internasional saat ini (yang memiliki hitungan 6236 ayat) adalah hasil kesepakatan dan verifikasi ketat oleh Lajnah resmi yang dibentuk Khalifah Utsman, yang terdiri dari sahabat-sahabat terkemuka seperti Zaid bin Tsabit.

Oleh karena itu, jumlah ayat Al-Qur'an yang 'sesuai' dengan standar yang diterima secara global (6236 ayat) adalah hasil dari proses verifikasi yang ketat dan disepakati oleh otoritas komite sahabat pada masa awal Islam. Meskipun terdapat perbedaan hitungan lain, Lajnah Utsmani menetapkan satu standar penulisan yang akhirnya menjadi patokan universal, memastikan umat memiliki satu teks kitab suci yang otentik.

Mengapa Lajnah Penting dalam Verifikasi Teks?

Verifikasi teks suci adalah tugas monumental. Dengan adanya perbedaan penulisan atau bacaan (qira'at) yang muncul seiring waktu dan penyebaran Islam ke berbagai wilayah (Kufah, Basrah, Syam), dibutuhkan otoritas tunggal untuk mencegah fragmentasi teks. Peran komite (Lajnah) yang dibentuk Utsman memastikan bahwa variasi regional dilebur menjadi satu mushaf resmi (Mushaf Imam), yang menjadi acuan bagi semua wilayah Islam. Inilah titik temu di mana hitungan ayat menjadi baku dan disetujui oleh seluruh komite ulama yang bertugas.

Kesimpulannya, jumlah ayat Al-Qur'an yang dominan saat ini adalah 6236. Jumlah ini bukan hasil perhitungan acak, melainkan angka yang telah melalui proses verifikasi dan penetapan standar kolektif oleh komite sahabat, yang dapat dianalogikan fungsinya dengan sebuah Lajnah penetapan standar historis, demi menjaga kesatuan teks suci.

Referensi utama terkait jumlah ayat biasanya mengacu pada Mushaf Utsmani standar yang digunakan oleh mayoritas lembaga Islam dunia.
🏠 Homepage