Al-Qur'anul Karim adalah wahyu terakhir Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Salah satu aspek penting dalam studi Al-Qur'an adalah mengetahui jumlah total ayatnya. Namun, jumlah ini bervariasi tergantung pada metode penghitungan atau qiraat (cara membaca) yang digunakan. Di antara berbagai metode tersebut, riwayat dari ulama Kufah (Al-Kufi) memegang peranan penting dalam menentukan jumlah ayat yang seringkali berbeda dengan riwayat ulama Madinah atau Syam.
Perbedaan dalam Penghitungan Ayat
Perbedaan dalam penghitungan ayat Al-Qur'an berasal dari perbedaan pendapat para ulama qiraat mengenai apakah basmalah (بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ) di awal setiap surah dihitung sebagai bagian dari ayat pertama surah tersebut atau sebagai ayat tersendiri yang berdiri bebas, atau bahkan tidak dihitung sama sekali di beberapa surah. Setiap kota besar Islam, seperti Makkah, Madinah, Kufah, Basrah, dan Syam (Damaskus), memiliki metodologi penghitungan mereka sendiri yang diwariskan secara turun-temurun.
Jumlah Ayat Al-Qur'an Versi Al-Kufi
Menurut riwayat ulama yang berpegang pada metodologi penghitungan dari Kufah, jumlah total ayat dalam Al-Qur'an ditetapkan sebanyak **6.236 ayat**. Penghitungan ini mencakup perbedaan spesifik mengenai beberapa ayat pembuka surah. Dalam pandangan Kufah, basmalah di awal surah tidak dihitung sebagai ayat, kecuali pada Surah Al-Fatihah yang mana basmalah dianggap sebagai ayat pertama.
Perlu dicatat bahwa jumlah 6.236 ini merupakan salah satu dari empat pendapat utama mengenai total ayat Al-Qur'an. Pendapat lain yang paling umum adalah versi ulama Madinah yang menghitung 6.214 ayat, dan versi ulama Basrah yang menghitung 6.204 ayat, serta versi ulama Syam yang menghitung 6.226 ayat. Penting untuk dipahami bahwa perbedaan ini tidak mempengaruhi makna, kandungan, atau keotentikan teks Al-Qur'an itu sendiri, melainkan hanya berkaitan dengan titik henti (waqaf) dan awal ayat.
Implikasi Metodologi Penghitungan
Metode penghitungan ayat ini sangat penting dalam studi tajwid dan mushaf. Ketika seorang pembaca membaca Al-Qur'an dan menemukan penomoran ayat yang berbeda antara mushaf Madinah dan mushaf Kufah, mereka merujuk pada perbedaan metodologi ini. Misalnya, ayat yang dihitung sebagai ayat terakhir pada suatu surah dalam riwayat Kufi, mungkin merupakan ayat sebelum ayat terakhir dalam riwayat Madinah, karena titik pemisahan ayatnya berbeda.
Riwayat Al-Kufi seringkali dikaitkan dengan kehati-hatian dalam menetapkan batas ayat, yang didasarkan pada tradisi lisan dan pemahaman qiraat yang mereka pegang teguh. Meskipun di era modern mayoritas mushaf yang dicetak menggunakan riwayat Hafs 'an 'Asim dari Kufah (yang berbeda dengan penghitungan ayatnya), pemahaman terhadap variasi ini tetap esensial bagi para cendekiawan agama.
Kesimpulan
Dalam konteks studi ilmu Al-Qur'an, mengetahui jumlah ayat versi Al-Kufi, yaitu 6.236 ayat, memberikan perspektif komprehensif mengenai kekayaan tradisi periwayatan Islam. Meskipun angka ini berbeda dengan hasil penghitungan ulama lain, hal tersebut menunjukkan keragaman dalam penjagaan dan transmisi teks suci ini melalui jalur-jalur keilmuan yang berbeda di seluruh penjuru dunia Islam. Semua metode penghitungan ini bertujuan untuk melestarikan Al-Qur'an sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, meskipun terdapat perbedaan dalam penentuan batasan ayat.