Memahami keutuhan dan jumlah ayat Al-Qur'an adalah hal mendasar bagi setiap Muslim. Namun, ketika memasuki ranah perincian jumlah ayat, seringkali ditemukan perbedaan angka yang beredar di masyarakat. Perbedaan ini biasanya muncul karena perbedaan metodologi penghitungan yang dilakukan oleh para ulama terdahulu. Dalam konteks kajian keislaman modern, rujukan dari para ulama terpercaya seperti yang sering disajikan oleh situs Rumaysho (yang berpegang teguh pada manhaj Salaf) menjadi penting untuk diluruskan.
Pentingnya Konsensus dalam Penghitungan
Al-Qur'anul Karim terdiri dari 114 surat. Mayoritas umat Islam sepakat mengenai hal ini. Namun, perselisihan muncul pada penentuan di mana satu ayat berakhir dan ayat berikutnya dimulai. Misalnya, apakah basmalah (بسم الله الرحمن الرحيم) yang terdapat di awal setiap surat (kecuali Surah At-Taubah) dihitung sebagai bagian dari ayat pertama surat tersebut, ataukah ia berdiri sendiri sebagai ayat terpisah?
Secara umum, ada beberapa pandangan utama mengenai total jumlah ayat Al-Qur'an. Ada yang menyebutkan 6.206 ayat, ada yang 6.214, dan ada pula yang menyebutkan 6.236 ayat. Perbedaan ini seringkali menjadi titik fokus pembahasan, terutama ketika merujuk pada sumber-sumber otoritatif. Rumaysho, sebagai media dakwah yang kerap mengutip penjelasan dari para ulama besar, cenderung menyoroti pandangan yang paling kuat berdasarkan ijtihad ulama bersanad.
Pandangan Yang Dipegang Teguh
Situs Rumaysho, dalam banyak ulasannya, cenderung mengacu pada pendapat yang menyatakan bahwa jumlah ayat Al-Qur'an adalah 6.236 ayat. Angka ini seringkali diasosiasikan dengan riwayat dari ulama-ulama terkemuka seperti Imam Utsman bin Affan Radhiyallahu 'anhu, atau yang dinukilkan dari Mushaf Imam (Mushaf standar yang menjadi rujukan utama). Penghitungan ini biasanya mencakup Basmalah di awal setiap surat (kecuali At-Taubah) sebagai bagian integral dari ayat pertama masing-masing surat, kecuali surat Al-Fatihah yang Basmalahnya dihitung sebagai ayat pertama secara utuh.
Lalu, bagaimana dengan angka 6.206 ayat? Angka ini umumnya didapatkan dengan tidak menghitung Basmalah yang ada di awal surah sebagai ayat tersendiri, kecuali Basmalah Al-Fatihah. Perbedaan metode penghitungan inilah yang menyebabkan variasi angka yang ditemukan. Rumaysho menekankan bahwa perbedaan ini bukanlah perbedaan dalam substansi wahyu Allah, melainkan perbedaan dalam teknik penomoran dan penandaan ayat (waqaf dan ibtida').
Implikasi Terhadap Pemahaman
Penting untuk dipahami bahwa perbedaan jumlah ayat ini tidak memengaruhi kebenaran isi, makna, hukum, maupun keutamaan setiap surah dan ayat Al-Qur'an. Baik itu 6.206, 6.214, atau 6.236, Al-Qur'an tetaplah satu wahyu yang utuh dari Allah SWT.
Ketika sebuah sumber seperti Rumaysho memilih untuk merujuk pada angka tertentu (misalnya 6.236), hal tersebut biasanya didasarkan pada hasil penelitian terhadap sanad periwayatan yang mereka anggap paling kuat dan paling sesuai dengan praktik mushaf utama yang tersebar di dunia Islam. Konsistensi dalam mengikuti otoritas keilmuan yang mapan adalah inti dari pendekatan manhajiyah yang ditekankan oleh dakwah yang diusung situs tersebut.
Tiga Pendapat Utama Mengenai Jumlah Ayat
- 6.206 Ayat: Pandangan ini umumnya tidak menghitung Basmalah di awal surat sebagai ayat.
- 6.214 Ayat: Pendapat ini juga memiliki landasan riwayat tertentu, meskipun tidak sepopuler dua lainnya.
- 6.236 Ayat: Pandangan yang sering dipegang oleh banyak ulama kontemporer dan diasosiasikan dengan Mushaf Imam, termasuk yang sering dikutip dalam pembahasan Rumaysho, dimana Basmalah dihitung sebagai ayat pembuka setiap surat (kecuali At-Taubah).
Kesimpulannya, ketika kita mencari informasi mengenai jumlah ayat Al-Qur'an Rumaysho, kita akan diarahkan pada pembahasan yang mengutamakan kekokohan dalil dan sanad periwayatan. Fokus utama adalah memastikan bahwa penomoran yang kita ikuti adalah yang paling mendekati ketetapan para sahabat Nabi dan ulama salaf dalam membakukan Mushaf Utsmani.
Walaupun angka finalnya bisa berbeda-beda tergantung metodologi, yang terpenting adalah bagaimana kita menghayati dan mengamalkan setiap ayat yang ada di dalamnya. Jumlah hanyalah masalah redaksional penghitungan, bukan masalah substansial kebenaran Al-Qur'an itu sendiri.