Al-Qur'anul Karim, firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, merupakan sumber hukum utama dan petunjuk bagi umat Islam. Salah satu aspek penting dalam studi keislaman adalah penghitungan jumlah ayat dalam kitab suci ini. Meskipun umat Islam secara umum sepakat bahwa Al-Qur'an terdiri dari 114 surat, terdapat perbedaan pendapat mengenai jumlah pasti ayatnya. Perbedaan ini sering kali berakar pada metode penghitungan yang digunakan oleh para ulama qira'at (ahli bacaan) di berbagai pusat keilmuan Islam.
Di antara para sahabat Nabi yang paling dihormati dan dikenal memiliki pemahaman mendalam tentang wahyu adalah Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib, yang dijuluki Hibrul Ummah (Tintanya Umat). Sebagai sepupu Nabi dan murid utama beliau, pandangan Ibnu Abbas mengenai detail Al-Qur'an sangat dihargai. Ketika membahas jumlah ayat alquran menurut Ibnu Abbas, kita memasuki ranah riwayat yang perlu ditelaah secara saksama.
Secara tradisional, terdapat perbedaan pendapat utama mengenai total jumlah ayat. Ada yang berpendapat 6.204 ayat, ada yang menyebut 6.214, bahkan ada yang mencapai 6.666 ayat dalam beberapa riwayat yang kurang kuat. Namun, pandangan yang paling masyhur dan diterima luas oleh mayoritas ulama kontemporer berdasarkan riwayat dari Madinah dan Syam adalah 6.236 ayat.
Lalu, bagaimana pandangan spesifik dari Ibnu Abbas? Riwayat yang paling sering dinukilkan mengenai penghitungan ayat Al-Qur'an yang bersumber dari Ibnu Abbas cenderung mendukung angka yang lebih kecil dibandingkan angka 6.666. Dalam beberapa riwayat yang berbeda, Ibnu Abbas disebutkan menghitung ayat berdasarkan ijtihadnya dalam menentukan di mana satu ayat berakhir dan ayat berikutnya dimulai, terutama pada bagian-bagian yang sering menjadi perdebatan, seperti pemisahan antara Basmalah (Bismillahirrahmanirrahim) di awal surat dengan ayat pertama surat itu sendiri, atau pemisahan antara dua ayat pendek.
Ibnu Abbas diketahui mengikuti pandangan yang sesuai dengan riwayat di Makkah dan Madinah pada masanya. Dalam riwayat dari Al-Kufah (yang cenderung menghitung lebih banyak ayat), Basmalah di awal surat dianggap sebagai ayat terpisah. Namun, riwayat dari Madinah (yang lebih dekat dengan metode penghitungan Ibnu Abbas dan sahabat senior lainnya) sering kali tidak menghitung Basmalah di awal surat sebagai ayat tersendiri, kecuali pada Surat An-Naml, karena Basmalah di sana merupakan bagian dari teks surat itu sendiri.
Meskipun tidak ada satu pun riwayat yang secara definitif dan sahih mutlak menyatakan "Jumlah ayat Al-Qur'an adalah X hanya menurut Ibnu Abbas," konsensus ulama tafsir kontemporer menempatkan pandangan Ibnu Abbas selaras dengan salah satu dari dua hitungan utama: 6.204 atau 6.236 ayat, yang keduanya mengeliminasi penghitungan Basmalah sebagai ayat terpisah di awal surat. Hal ini menunjukkan bahwa Ibnu Abbas cenderung mengikuti metode penghitungan yang lebih ringkas dan diterima di Madinah.
Penting untuk digarisbawahi bahwa perselisihan mengenai jumlah ayat ini bersifat teknis dan formal, bukan substansial. Semua ulama sepakat bahwa teks Al-Qur'an yang ada di tangan umat Islam hari ini adalah satu dan sama, dilindungi oleh Allah SWT dari perubahan (tahrif). Perbedaan hanya terletak pada penomoran batas ayat.
Keberadaan berbagai riwayat mengenai jumlah ayat (seperti 6.204, 6.214, 6.236) menunjukkan adanya upaya para sahabat dan tabi'in, termasuk Ibnu Abbas, untuk mendokumentasikan dan memastikan ketelitian mushaf yang disusun pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan RA. Penghitungan ini dilakukan sebelum kodifikasi mushaf yang distandarisasi secara menyeluruh.
Kesimpulannya, jika merujuk pada ijtihad Ibnu Abbas yang mempengaruhi riwayat Madinah, angka yang paling mendekati adalah yang menunjukkan jumlah ayat lebih sedikit daripada riwayat Kufah, menegaskan pentingnya mengikuti transmisi periwayatan yang kuat dalam memahami detail Al-Qur'an. Kehati-hatian dalam meriwayatkan angka-angka seperti ini menekankan kedalaman ilmu yang dimiliki oleh sahabat senior seperti Ibnu Abbas dalam menjaga kemurnian wahyu Ilahi.
Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa jumlah 6.236 ayat yang banyak digunakan saat ini berasal dari Mushaf Imam Utsmani yang disepakati di Madinah, sebuah metode yang sangat didukung oleh tradisi keilmuan yang dianut oleh Ibnu Abbas dan sahabat lainnya yang menetap di sana.