Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) merupakan lembaga perwakilan rakyat yang memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Struktur keanggotaan DPR RI diatur berdasarkan Undang-Undang dan didasarkan pada jumlah penduduk setiap provinsi di Indonesia. Prinsip utama dalam pembagian kursi ini adalah representasi yang adil sesuai dengan proporsi demografi wilayah. Saat ini, jumlah total anggota DPR RI adalah 580 kursi, yang dialokasikan ke 38 provinsi yang ada di Indonesia.
Pembagian kursi DPR RI didasarkan pada Undang-Undang tentang Pemilu. Setiap provinsi dijamin mendapatkan alokasi minimum, meskipun memiliki populasi yang relatif kecil. Setelah alokasi minimum terpenuhi, sisa kursi akan dibagikan secara proporsional kepada provinsi lain berdasarkan jumlah penduduknya yang melebihi ambang batas tertentu. Mekanisme pembagian ini bertujuan untuk menyeimbangkan antara representasi populasi besar dan memastikan bahwa daerah-daerah dengan populasi lebih kecil tetap memiliki suara di tingkat nasional. Provinsi dengan jumlah penduduk terbesar secara otomatis akan mendapatkan jumlah kursi terbanyak.
Meskipun jumlah total kursi legislatif dapat mengalami perubahan seiring perubahan UU atau penambahan provinsi baru, alokasi kursi didasarkan pada data Sensus Penduduk terbaru. Tabel di bawah ini menyajikan gambaran umum mengenai distribusi alokasi kursi DPR RI berdasarkan provinsi yang berlaku pada periode legislatif tertentu, menunjukkan variasi signifikan antara pulau Jawa yang padat penduduk dan provinsi di luar Jawa.
| No. | Provinsi | Jumlah Anggota (Kursi) |
|---|---|---|
| 1 | Jawa Barat | 128 |
| 2 | Jawa Timur | 118 |
| 3 | Jawa Tengah | 110 |
| 4 | Sumatera Utara | 57 |
| 5 | Banten | 53 |
| 6 | DKI Jakarta | 51 |
| 7 | Sulawesi Selatan | 46 |
| 8 | Sumatera Barat | 39 |
| 9 | Lampung | 38 |
| 10 | Riau | 37 |
| 11 | Nusa Tenggara Barat | 33 |
| 12 | Daerah Istimewa Yogyakarta | 31 |
| 13 | Kalimantan Timur | 28 |
| 14 | Jambi | 27 |
| 15 | Kalimantan Barat | 26 |
| 16 | Aceh | 25 |
| 17 | Bali | 24 |
| 18 | Nusa Tenggara Timur | 23 |
| 19 | Sulawesi Utara | 22 |
| 20 | Sumatera Selatan | 21 |
| 21 | Kepulauan Riau | 20 |
| 22 | Kalimantan Selatan | 19 |
| 23 | Papua | 18 |
| 24 | Sulawesi Tenggara | 17 |
| 25 | Kalimantan Tengah | 16 |
| 26 | Gorontalo | 15 |
| 27 | Maluku Utara | 14 |
| 28 | Bangka Belitung | 13 |
| 29 | Maluku | 12 |
| 30 | Sulawesi Barat | 11 |
| 31 | Bengkulu | 10 |
| 32 | Kalimantan Utara | 10 |
| 33 | Bengkulu | 9 |
| 34 | Jawa Tengah | 8 |
| 35 | Papua Barat | 7 |
| 36 | Sulawesi Tengah | 6 |
| 37 | Kepulauan Bangka Belitung | 5 |
| 38 | Kalimantan Timur | 4 |
Jumlah anggota DPR RI per provinsi memiliki dampak signifikan terhadap peta politik nasional. Provinsi dengan kursi terbanyak, seperti Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah, cenderung menjadi kantong suara utama yang sangat diperebutkan oleh partai politik besar. Ini berarti isu-isu regional di provinsi padat penduduk tersebut seringkali lebih terwakili dalam agenda nasional. Sebaliknya, provinsi dengan alokasi kursi minimum harus berjuang keras agar aspirasi mereka dapat didengar di antara hiruk pikuk perwakilan dari daerah metropolitan.
Fenomena ini menyoroti pentingnya sistem representasi yang seimbang. Jika alokasi hanya berdasarkan populasi murni tanpa memperhatikan batas minimum, daerah terpencil atau yang baru berkembang bisa kehilangan suara efektifnya. Dengan adanya jaminan minimum, setiap wilayah di Nusantara, terlepas dari kepadatan penduduknya, dijamin memiliki perwakilan minimal di jantung legislatif Indonesia, memperkuat prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menjunjung tinggi persatuan dalam keberagaman wilayah.