Di tengah tantangan perubahan iklim dan meningkatnya kebutuhan air bersih, banyak masyarakat kembali melirik kearifan lokal untuk mencari solusi. Salah satu metode yang masih dipraktikkan, terutama di daerah pedesaan Jawa, adalah melalui 'hitungan Jawa' atau primbon, khususnya yang berkaitan dengan pencarian sumber air. Konsep ini menggabungkan perhitungan matematis sederhana berdasarkan penanggalan Jawa dengan pengamatan alam dan intuisi.
Budaya Jawa memiliki sistem penanggalan yang kompleks, yaitu Kalender Saka, yang kemudian diselaraskan dengan kalender Hijriyah untuk menghasilkan kalender Jawa yang kita kenal sekarang. Sistem ini tidak hanya digunakan untuk menentukan hari baik dan buruk, tetapi juga memiliki berbagai aspek perhitungan lain, termasuk yang berkaitan dengan alam. Dalam konteks pencarian sumber air, hitungan Jawa dipercaya dapat memberikan petunjuk arah atau lokasi potensial di mana air tanah dapat ditemukan.
Filosofi di balik hitungan Jawa adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu di alam semesta saling terhubung dan memiliki ritme. Air, sebagai elemen vital kehidupan, dianggap memiliki energi dan jalur tertentu di dalam bumi yang dapat dideteksi melalui perhitungan yang tepat. Metode ini bukan sekadar takhayul, melainkan perpaduan antara pengetahuan empiris leluhur yang terakumulasi selama berabad-abad dan pemahaman tentang pola alam yang sulit dijelaskan secara ilmiah konvensional.
Meskipun terdapat berbagai variasi dan tingkat kerumitan dalam penerapannya, prinsip dasar hitungan Jawa untuk mencari sumber air umumnya melibatkan beberapa elemen kunci:
Sebagai contoh sederhana, seseorang mungkin menggabungkan nilai numerik hari dan pasaran, lalu membaginya dengan angka tertentu (misalnya, 8 untuk delapan penjuru mata angin) untuk mendapatkan sisa. Sisa ini kemudian dicocokkan dengan tabel atau panduan yang telah ditetapkan untuk menunjukkan arah tertentu. Tentu saja, ini adalah penyederhanaan dari metode yang sebenarnya, yang bisa jauh lebih kompleks dan melibatkan banyak faktor lain.
Penting untuk dicatat bahwa hitungan Jawa dalam pencarian sumber air tidak berdiri sendiri. Metode ini biasanya dilengkapi dengan pengamatan langsung terhadap alam. Para pencari air tradisional akan memperhatikan:
Ditambah lagi, intuisi atau 'wangsit' dari para ahli yang telah berpengalaman memainkan peran krusial. Pengalaman bertahun-tahun memungkinkan mereka merasakan atau 'melihat' keberadaan air di bawah permukaan tanah, bahkan sebelum perhitungan matematis selesai dilakukan. Ini menunjukkan bahwa hitungan Jawa adalah sebuah sistem holistik yang mengintegrasikan logika, observasi, dan sensibilitas.
Meskipun teknologi modern seperti survei geolistrik atau pemetaan satelit telah tersedia, hitungan Jawa masih relevan, terutama bagi komunitas yang memiliki keterbatasan akses terhadap teknologi tersebut atau yang lebih mempercayai metode tradisional. Keunggulan metode ini adalah sifatnya yang ramah lingkungan, murah, dan dapat diakses oleh siapa saja yang memahami prinsipnya.
Di beberapa daerah, praktik ini terus dilestarikan dan diajarkan dari generasi ke generasi. Para ahli hitungan Jawa, atau yang sering disebut 'orang pinter' atau 'sesepuh', tetap dicari untuk membantu masyarakat menemukan sumber air yang berkelanjutan. Keterampilan ini tidak hanya menyelesaikan masalah ketersediaan air, tetapi juga melestarikan warisan budaya yang kaya dan menunjukkan bagaimana pengetahuan leluhur dapat terus memberikan manfaat di zaman yang terus berkembang.