Bulan Ramadhan adalah momen yang sangat dinantikan oleh seluruh umat Muslim di seluruh dunia, tidak terkecuali bagi warga Nahdlatul Ulama (NU). Kehadiran bulan suci ini membawa nuansa spiritual yang mendalam, mendorong peningkatan ibadah, refleksi diri, dan solidaritas sosial.
Menghitung mundur datangnya Ramadhan menjadi sebuah tradisi yang sarat makna. Ini bukan sekadar penanda waktu, melainkan sebuah pengingat untuk mempersiapkan diri, baik secara fisik maupun mental, untuk menyambut bulan yang penuh rahmat dan ampunan ini. Persiapan ini mencakup kesiapan ibadah, keikhlasan dalam berpuasa, serta meningkatkan kualitas diri dalam berbagai aspek kehidupan.
Dalam tradisi NU, Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus. Ia adalah bulan untuk menggembleng diri, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan memperkuat ukhuwah Islamiyah. Berbagai kegiatan keagamaan yang sering dilaksanakan di lingkungan NU, seperti tadarus Al-Qur'an bersama, ziarah kubur menjelang Ramadhan, serta pengajian-pengajian khusus, menjadi bukti nyata betapa pentingnya bulan ini.
Fokus pada nilai-nilai luhur seperti kesabaran, kedermawanan, dan empati semakin ditekankan. Warga NU diajak untuk tidak hanya fokus pada ibadah ritual semata, tetapi juga pada ibadah sosial. Berbagi takjil, membantu sesama yang membutuhkan, dan menjaga kerukunan adalah bagian tak terpisahkan dari semangat Ramadhan yang diajarkan dalam ajaran NU.
Menjelang kedatangan Ramadhan, banyak persiapan yang bisa dilakukan. Dari sisi spiritual, ini adalah waktu yang tepat untuk membersihkan hati dari segala prasangka buruk, dendam, dan kesombongan. Memperbanyak istighfar dan memohon ampunan kepada Allah menjadi kunci utama. Dengan hati yang bersih, ibadah puasa dan amalan lainnya akan terasa lebih nikmat dan bermakna.
Secara amaliah, beberapa hal bisa mulai dipersiapkan. Misalnya, menyempurnakan bacaan surat-surat pendek yang sering dibaca dalam shalat, menyiapkan perlengkapan ibadah, serta merencanakan jadwal tadarus Al-Qur'an selama sebulan penuh. Mengingat Ramadhan juga identik dengan peningkatan ibadah malam, seperti tarawih dan tahajud, maka kesiapan fisik juga perlu diperhatikan.
Bagi keluarga, Ramadhan bisa menjadi momentum untuk mempererat tali silaturahmi. Shalat tarawih berjamaah, sahur bersama, dan buka puasa bersama adalah momen-momen berharga yang dapat memperkuat ikatan keluarga dan komunitas.
Setiap menjelang Ramadhan, umat Muslim selalu dianjurkan untuk membaca doa awal Ramadhan. Doa ini berisi permohonan kepada Allah agar diberikan kekuatan, kesehatan, dan kelancaran dalam menjalankan ibadah puasa serta amalan-amalan lainnya. Doa ini juga merupakan bentuk kesyukuran atas nikmat umur yang masih diberikan hingga bertemu kembali dengan bulan yang penuh berkah ini.
Dalam lingkup NU, semangat kebersamaan dalam berdoa dan beribadah sangat terasa. Berbagai majelis taklim dan pengajian akan semakin ramai, diisi dengan lantunan doa dan shalawat yang khusyuk. Harapan besarnya adalah agar Ramadhan kali ini dapat dilalui dengan penuh keberkahan, diakhiri dengan predikat takwa, dan menjadi bekal untuk kehidupan di dunia dan akhirat.
Mari kita manfaatkan setiap detik dari hitungan mundur ini untuk terus meningkatkan kualitas diri dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Semoga Ramadhan kali ini membawa kebaikan yang berlimpah bagi kita semua, khususnya bagi keluarga besar Nahdlatul Ulama.