Menggali Filosofi Duit Angpao: Lebih dari Sekadar Uang Merah

Ilustrasi filosofis mengenai amplop keberuntungan.

Duit angpao, atau yang sering disebut juga Hongbao dalam bahasa Mandarin, merupakan salah satu tradisi paling ikonik dan ditunggu-tunggu, terutama saat perayaan Tahun Baru Imlek. Meskipun wujudnya hanyalah sebuah amplop merah berisi uang tunai, makna yang terkandung di dalamnya jauh lebih dalam daripada sekadar nilai nominal yang tertera. Angpao adalah simbol harapan, restu, dan doa baik dari pemberi kepada penerima.

Mengapa Harus Berwarna Merah?

Warna merah adalah elemen kunci dalam tradisi angpao. Dalam budaya Tionghoa, merah melambangkan keberuntungan, kegembiraan, dan yang paling penting, dipercaya mampu mengusir roh jahat atau energi negatif (Nian). Oleh karena itu, memberikan duit angpao dalam amplop merah berarti menyalurkan perlindungan dan harapan positif sepanjang tahun yang akan datang. Amplop merah memastikan bahwa energi baik menyertai uang di dalamnya.

Tradisi ini tidak hanya terbatas pada perayaan Imlek saja. Di banyak komunitas Asia Tenggara, termasuk Indonesia, pemberian angpao juga lazim dilakukan pada acara-acara penting lainnya seperti pernikahan, ulang tahun kelahiran anak (baby one month celebration), atau saat memberikan ucapan selamat atas pencapaian tertentu. Dalam konteks ini, duit angpao bertransformasi menjadi bentuk 'hadiah syukur' yang dihiasi dengan harapan kebahagiaan abadi.

Siapa yang Menerima dan Memberi Duit Angpao?

Secara umum, pembagian angpao mengikuti hierarki usia dan status. Orang yang sudah menikah, atau mereka yang dianggap sudah mapan secara finansial, bertugas memberikan angpao kepada mereka yang lebih muda dan belum menikah. Ini adalah cara komunitas untuk memastikan bahwa generasi muda mendapatkan dorongan awal dalam hidup mereka.

Penerima angpao—biasanya anak-anak dan remaja—memegang amplop tersebut dengan kedua tangan sebagai bentuk penghormatan kepada pemberi. Mereka tidak dianjurkan untuk membuka angpao di hadapan pemberi; hal ini dianggap kurang sopan. Tindakan membuka di tempat akan menyiratkan fokus berlebihan pada nilai uang, padahal esensi dari duit angpao adalah restunya. Kebiasaan ini mengajarkan pentingnya etika dan rasa syukur dalam menerima pemberian.

Nilai Angka dan Kepercayaan

Pemilihan jumlah uang di dalam amplop juga sarat dengan makna simbolis. Angka-angka tertentu sangat dihindari, sementara angka lain sangat didambakan. Angka yang paling dicari adalah yang mengandung unsur angka delapan (八, bā), karena bunyinya mirip dengan kata "kemakmuran" atau "kekayaan" (發, fā). Oleh karena itu, jumlah seperti Rp 88.000 atau Rp 888.000 sangat populer.

Sebaliknya, angka empat (四, sì) harus dihindari karena bunyinya mirip dengan kata "kematian" (死, sǐ). Pemberian uang berjumlah empat, meskipun secara nominal besar, dapat membawa konotasi negatif yang bertentangan dengan tujuan pemberian angpao itu sendiri. Menghindari angka empat adalah bentuk penghormatan dasar terhadap kepercayaan spiritual yang melekat pada tradisi ini.

Selain Imlek, di beberapa daerah, pemberian angpao juga dilakukan untuk mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah membantu selama masa sulit, seperti tetangga atau kerabat jauh yang berkunjung. Ini menunjukkan bahwa konsep duit angpao adalah mekanisme sosial untuk memperkuat ikatan kekerabatan dan komunitas. Angpao bukan sekadar transfer uang, melainkan sebuah ritual sosial yang mengikat generasi dan memelihara tradisi hormat-menghormati. Meskipun zaman semakin modern dan transaksi digital marak, kehangatan dan makna universal dari amplop merah ini tetap bertahan sebagai warisan budaya yang berharga.

🏠 Homepage