Ilustrasi konseptual fenomena yang dihubungkan dengan Bulan Doritis.
Dalam katalog benda-benda langit yang kita kenal, sering kali terselip nama-nama yang memicu rasa penasaran. Salah satunya adalah "Bulan Doritis". Meskipun namanya terdengar seperti nomenklatur astronomi resmi, Doritis sendiri lebih sering muncul dalam konteks hipotesis, cerita rakyat yang diangkat ke ranah kosmik, atau dalam pembahasan mengenai anomali visual yang belum terpecahkan di sekitar satelit alami Bumi kita. Kehadiran nama ini memicu perdebatan sengit di antara para penggemar UFO, ahli mitologi, hingga astronom amatir.
Istilah Bulan Doritis tidak secara formal diakui oleh International Astronomical Union (IAU) sebagai planetoid, bulan alami lain, atau objek angkasa yang terverifikasi. Sebaliknya, ia sering diasosiasikan dengan penampakan visual tertentu yang diamati oleh pengamat dari Bumi, terutama pada periode tertentu yang melibatkan posisi Bulan yang sangat rendah di horizon atau ketika terjadi distorsi atmosfer yang ekstrem. Beberapa sumber menyebut Doritis sebagai satelit alami sekunder yang sangat kecil, yang orbitnya sangat tidak stabil atau hanya terlihat sesekali karena efek optik.
Asal usul istilah ini sendiri cukup kabur. Ada spekulasi bahwa nama tersebut berasal dari sebuah catatan observasi pribadi yang diterjemahkan atau disalahartikan dari bahasa kuno, mungkin merujuk pada legenda lokal di suatu wilayah mengenai "bulan kedua" yang muncul saat musim panen tertentu. Namun, tanpa bukti observasional yang kredibel dan berulang, Doritis tetap berada di ambang batas antara fakta dan fiksi ilmiah.
Banyak astronom profesional cenderung mengaitkan laporan penampakan Doritis dengan fenomena atmosfer yang umum terjadi. Ketika Bulan berada sangat rendah di cakrawala, cahaya yang melewatinya harus menempuh jarak yang jauh melalui lapisan atmosfer Bumi yang padat. Proses ini menyebabkan pembiasan (refraksi) dan hamburan (scattering) cahaya yang intens.
Fenomena seperti fatamorgana atmosfer, efek "halo" yang terdistorsi, atau ilusi optik yang disebabkan oleh lapisan udara dengan kepadatan berbeda dapat membuat Bulan tampak memiliki bentuk tidak wajar, atau bahkan seolah-olah didampingi oleh bayangan atau objek lain. Ketika cahaya Bulan memantul dari partikel debu atau kelembaban tinggi di udara, kadang tercipta ilusi visual seolah ada objek lain yang bergerak bersamanya. Inilah yang kemungkinan besar diinterpretasikan sebagai 'Bulan Doritis' oleh pengamat yang tidak memiliki alat ukur standar.
Terlepas dari kurangnya validasi ilmiah, Bulan Doritis telah menemukan tempatnya dalam budaya populer, terutama di kalangan komunitas yang tertarik pada teori konspirasi atau objek terbang tak dikenal (UFO). Dalam narasi ini, Doritis sering digambarkan sebagai objek buatan, mungkin stasiun pengintai kuno atau kapal asing yang menggunakan kamuflase orbital yang canggih.
Para pendukung teori alternatif sering menunjuk pada rekaman video lama yang menunjukkan adanya "anomali" berupa titik cahaya yang tampak mengikuti Bulan. Meskipun para ahli geofisika dan optik dapat menjelaskan sebagian besar rekaman tersebut sebagai artefak kamera atau pantulan atmosfer, narasi tentang Doritis sebagai objek tersembunyi terus bertahan. Ini menunjukkan betapa kuatnya keinginan manusia untuk percaya bahwa langit malam menyimpan lebih banyak rahasia daripada yang diizinkan oleh sains konvensional.
Mempelajari kasus seperti Bulan Doritis memberikan pelajaran penting tentang metode ilmiah. Sebuah klaim, sekokoh apapun anekdot pendukungnya, memerlukan verifikasi independen dan data yang dapat direproduksi. Ketidakmampuan kita saat ini untuk mendeteksi Doritis dengan teleskop canggih atau satelit pencitraan membuktikan bahwa, untuk saat ini, ia tetap menjadi entitas hipotetis.
Namun, pencarian akan Doritis juga mendorong pengamat untuk lebih teliti dalam mengamati langit. Rasa ingin tahu terhadap objek yang tidak terjelaskan adalah mesin penggerak utama eksplorasi. Baik itu pembiasan cahaya biasa atau bukti adanya objek tersembunyi, Doritis berfungsi sebagai pengingat bahwa alam semesta selalu lebih misterius daripada yang kita bayangkan, dan selalu ada ruang untuk observasi baru yang mungkin akan memberikan jawaban definitif di masa depan.