Pertanyaan mengenai berapakah jumlah keseluruhan ayat dalam Al-Qur'an adalah salah satu pertanyaan fundamental yang sering muncul di kalangan umat Islam maupun mereka yang tertarik mempelajari kitab suci terakhir ini. Meskipun Al-Qur'an adalah satu kesatuan wahyu yang diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad SAW selama kurang lebih 23 tahun, terdapat sedikit perbedaan pendapat di antara para ulama mengenai jumlah total ayatnya. Perbedaan ini timbul bukan karena adanya keraguan terhadap isi Al-Qur'an itu sendiri, melainkan karena perbedaan metodologi penghitungan dan penentuan letak pemisah antara satu ayat dengan ayat berikutnya.
Secara umum, terdapat empat pandangan utama mengenai jumlah ayat Al-Qur'an. Perbedaan ini harus dilihat dalam konteks ijtihad (usaha pemikiran) para ahli qiraat dan mushaf terdahulu.
Lantas, apa yang menjadi fokus perbedaan ini? Mayoritas perbedaan terletak pada penentuan apakah kalimat tertentu di awal atau akhir surat dianggap sebagai ayat atau bukan. Beberapa contoh spesifik yang menjadi fokus perdebatan adalah:
Terlepas dari perbedaan angka total ayat, semua mazhab sepakat bahwa Al-Qur'an terdiri dari 114 surat (bab). Setiap surat memiliki jumlah ayat yang berbeda-beda. Surat terpanjang adalah Surah Al-Baqarah dengan 286 ayat, sementara surat terpendek adalah Surah Al-Kautsar yang hanya terdiri dari 3 ayat.
Fokus utama umat Islam dalam membaca dan mengamalkan Al-Qur'an adalah pada makna dan petunjuk yang terkandung di dalamnya, bukan pada aspek numerik semata. Jumlah ayat adalah bagian dari ilmu riwayat dan tahqiq (verifikasi) terhadap teks suci, namun tidak memengaruhi kebenaran pesan ilahinya. Pemahaman terhadap ayat-ayat ini merupakan pondasi utama ajaran Islam, yang mencakup akidah, syariah, dan akhlak. Oleh karena itu, ketika seseorang bertanya berapakah jumlah keseluruhan ayat dalam Al-Qur'an, jawaban yang paling inklusif adalah bahwa angkanya berkisar antara 6.204 hingga 6.236 ayat, dengan angka 6.236 yang paling populer.
Memahami keragaman penghitungan ini menunjukkan kekayaan dan kedalaman tradisi periwayatan Islam. Semua metode penghitungan tersebut berasal dari sumber otentik yang dijaga melalui transmisi lisan dan tulisan, memastikan bahwa tidak ada satu huruf pun yang hilang dari Al-Qur'an sejak diturunkan.