Umat Muslim di seluruh dunia menantikan datangnya bulan suci Ramadan. Bulan ini merupakan salah satu dari lima rukun Islam dan menjadi momen penting bagi setiap Muslim untuk meningkatkan ibadah, mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta melatih kesabaran dan pengendalian diri. Di Indonesia, khususnya bagi warga Nahdlatul Ulama (NU), penentuan awal Ramadan memiliki keunikan tersendiri yang seringkali menjadi topik perbincangan hangat menjelang masuknya bulan mulia ini.
Pertanyaan "berapa hari lagi puasa" menjadi sangat relevan, terutama ketika mendekati perkiraan tanggal dimulainya Ramadan. Bagi banyak orang, terutama yang mengikuti kalender Hijriah atau memiliki keterikatan dengan tradisi keagamaan, perhitungan ini sangat penting untuk persiapan mental, spiritual, dan logistik.
Nahdlatul Ulama, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, memiliki metode tersendiri dalam menetapkan awal bulan Hijriah, termasuk Ramadan. Metode ini umumnya mengacu pada kombinasi antara metode hisab (perhitungan astronomis) dan rukyatul hilal (pengamatan hilal atau bulan sabit muda secara langsung).
Sistem yang dianut oleh NU ini bertujuan untuk menjaga akurasi dan kemaslahatan umat. Penggabungan kedua metode ini diharapkan dapat memberikan kepastian yang lebih besar, meskipun terkadang masih terdapat perbedaan dengan metode yang digunakan oleh lembaga lain. Perbedaan ini seringkali disebabkan oleh perbedaan kriteria dalam metode hisab atau kondisi rukyatul hilal yang bervariasi di berbagai wilayah.
Meskipun ada perbedaan penetapan, semangat kebersamaan dan saling menghargai di antara sesama Muslim tetap dijunjung tinggi. Yang terpenting adalah bagaimana kita mempersiapkan diri secara lahir dan batin untuk menyambut bulan yang penuh ampunan dan pahala berlipat ganda ini. Perhitungan hari menjelang puasa ini menjadi pengingat bagi kita untuk mulai mengevaluasi diri dan meningkatkan kualitas ibadah.
Untuk mengetahui "berapa hari lagi puasa untuk NU" secara akurat, umat perlu memantau pengumuman resmi dari organisasi-organisasi keagamaan yang kredibel, seperti Nahdlatul Ulama (melalui Lembaga Falakiyah NU), Kementerian Agama Republik Indonesia, atau badan keagamaan lainnya yang terlibat dalam Sidang Isbat.
Umumnya, pemerintah melalui Kementerian Agama akan menggelar Sidang Isbat penetapan awal Ramadan. Dalam sidang ini, berbagai ormas Islam, termasuk NU, dilibatkan. Hasil Sidang Isbat inilah yang menjadi patokan resmi penentuan awal Ramadan di Indonesia. Oleh karena itu, selalu perhatikan informasi dari sumber-sumber terpercaya.
Dalam masa penantian ini, mari kita manfaatkan waktu sebaik mungkin untuk meningkatkan amalan sunnah, membaca Al-Qur'an, memperbanyak doa, dan mempersiapkan diri untuk menunaikan ibadah puasa dengan penuh kekhusyukan dan keikhlasan. Semoga kita semua dipertemukan dengan bulan Ramadan dalam keadaan sehat walafiat dan dapat menjalankan ibadah puasa dengan sempurna.