Angsa bisu, atau dalam nama ilmiahnya Cygnus olor, adalah salah satu spesies angsa yang paling dikenal di dunia. Mereka adalah burung air besar yang sangat anggun, sering kali menjadi ikon ketenangan dan keindahan di danau, sungai, dan perairan tenang lainnya. Meskipun namanya mengandung kata "bisu," mereka sebenarnya tidak sepenuhnya bisu. Mereka menghasilkan suara, namun vokal mereka jauh lebih tenang dan jarang dibandingkan dengan angsa jenis lain seperti angsa terompet atau angsa tundra. Suara mereka lebih sering berupa desisan lembut atau dengusan pendek, yang membedakannya dari panggilan keras angsa lain.
Ciri paling mencolok dari angsa bisu adalah warna bulunya yang dominan putih salju saat dewasa. Namun, yang benar-benar membedakan mereka adalah paruh mereka yang khas. Paruh angsa bisu berwarna oranye cerah dengan tonjolan hitam (disebut knob atau benjolan) di pangkalnya, tepat di atas mata. Kehadiran tonjolan ini lebih menonjol pada angsa jantan (disebut cob) dibandingkan betina (disebut pen). Selain itu, postur tubuh mereka sangat elegan; mereka sering membawa leher panjangnya dalam bentuk kurva 'S' yang indah, terutama saat berenang atau saat sedang dalam mode waspada.
Secara historis, angsa bisu berasal dari Eurasia, meliputi Eropa dan sebagian Asia. Mereka sangat menyukai perairan tawar yang terlindungi, seperti kolam, danau kecil, rawa-rawa, dan sungai dengan arus yang lambat. Mereka membutuhkan area terbuka di sekitar air untuk mencari makan dan bersarang. Karena keindahan dan perilakunya yang relatif jinak di penangkaran, angsa bisu telah diperkenalkan ke banyak negara lain di dunia, termasuk Amerika Utara, Australia, dan Afrika Selatan, di mana mereka kini telah menjadi spesies naturalisasi.
Perlu dicatat bahwa meskipun penampilannya tenang, angsa bisu bisa menjadi sangat teritorial, terutama selama musim kawin. Mereka akan secara agresif mempertahankan pasangan, sarang, dan area makan mereka dari burung air lain, bahkan dari manusia yang terlalu dekat. Perilaku defensif ini, ditambah dengan ukurannya yang besar, membuat mereka menjadi salah satu burung air yang paling dihormati sekaligus ditakuti di lingkungan lokal mereka.
Angsa bisu adalah herbivora sejati. Makanan utama mereka terdiri dari vegetasi air. Mereka menggunakan leher panjang mereka untuk menyelam (mencelupkan kepala dan leher ke dalam air) untuk mencapai tanaman air yang tumbuh di dasar danau atau sungai dangkal. Diet mereka meliputi akar, batang, dan daun tumbuhan air, serta alga. Terkadang, mereka juga memakan invertebrata kecil jika tersedia, tetapi fokus utama mereka adalah pada flora akuatik.
Siklus hidup angsa bisu dimulai dengan perkawinan yang seringkali bersifat monogami seumur hidup. Mereka membuat sarang besar dari ranting dan rumput di dekat air, biasanya terlindungi oleh semak atau vegetasi lebat. Betina akan mengerami telur selama kurang lebih 35 hingga 42 hari. Anak angsa yang baru menetas disebut cygnets. Cygnets memiliki bulu abu-abu kecoklatan yang kontras dengan warna putih induknya. Mereka akan tetap tinggal bersama orang tua mereka selama hampir setahun penuh, mempelajari cara mencari makan dan menghindari predator, sebelum akhirnya mandiri dan siap untuk mencari pasangan sendiri.
Keunikan lain dari cygnets angsa bisu adalah kebiasaan mereka yang menumpang di punggung induknya. Kebiasaan ini adalah cara yang efektif untuk menjaga kehangatan dan keamanan dari predator di air, terutama saat mereka masih terlalu muda untuk berenang jarak jauh atau melawan arus.
Di banyak wilayah sebarannya, angsa bisu diklasifikasikan sebagai spesies yang memiliki populasi stabil atau bahkan mengalami peningkatan populasi. Namun, di beberapa daerah di mana mereka bukan spesies asli, mereka dianggap sebagai hama karena nafsu makannya yang besar terhadap vegetasi air, yang dapat mengubah ekosistem lokal secara signifikan dan mengurangi ketersediaan makanan bagi spesies burung air asli lainnya.
Ancaman utama bagi angsa bisu liar meliputi hilangnya habitat perairan yang tenang, polusi air, dan dalam beberapa kasus, perburuan liar, meskipun sebagian besar populasinya dilindungi di banyak negara. Penampilan mereka yang menawan membuat mereka sangat populer di taman-taman kota, namun kehadiran mereka di area publik juga memerlukan manajemen konservasi yang hati-hati agar keseimbangan alam tetap terjaga. Keindahan bisu mereka benar-benar memikat mata, menjadikannya salah satu pemandangan alam yang paling dicari di habitat perairan.