Ketika musim perayaan tiba, fokus utama seringkali tertuju pada Sinterklas, pohon cemara, dan kado-kado. Namun, di berbagai belahan dunia, terutama di komunitas dengan latar belakang Asia yang merayakan Natal, sebuah tradisi unik muncul: pembagian Angpao Merry Christmas. Secara tradisional, angpao (amplop merah berisi uang) sangat erat kaitannya dengan Tahun Baru Imlek. Namun, seiring dengan asimilasi budaya dan globalisasi, amplop merah atau bahkan amplop khusus Natal yang diisi uang tunai kini menjadi medium berbagi berkat di momen kelahiran Kristus.
Konsep di balik angpao—memberikan harapan baik dan kemakmuran—tetap sama, namun konteksnya bergeser. Ini bukan lagi sekadar simbol keberuntungan untuk tahun yang baru, melainkan bentuk ucapan syukur dan dukungan finansial kecil bagi mereka yang membutuhkan, atau sebagai hadiah kejutan bagi anak-anak dan sanak saudara saat mereka berkumpul merayakan Natal.
Ilustrasi visualisasi Angpao Merry Christmas.
Adaptasi tradisi ini seringkali muncul di komunitas diaspora yang kaya akan budaya Tionghoa namun juga memeluk perayaan Natal. Alih-alih menunggu Imlek, mereka memilih momen Natal—momen puncak pembagian hadiah—untuk memberikan amplop berisi uang. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan semua anggota keluarga, terutama anak-anak, ikut merasakan kegembiraan finansial di akhir tahun. Uang yang diberikan ini seringkali dianggap sebagai dana "tambahan" untuk membeli hadiah kecil atau sekadar merayakan liburan dengan lebih meriah.
Dalam konteks keagamaan, meskipun pemberian uang tunai bukanlah ritual baku dalam liturgi Kristen, tindakan berbagi rezeki sangat dianjurkan dalam ajaran kasih sesama. Angpao Merry Christmas menjadi jembatan budaya yang efektif untuk mengekspresikan kemurahan hati dan menyebarkan sukacita di tengah kemeriahan liburan. Ini menunjukkan fleksibilitas budaya dalam mengadopsi dan memodifikasi ritual lama agar selaras dengan perayaan baru yang dianut.
Jika angpao Imlek didominasi warna merah cerah dan motif naga atau koin emas, maka Angpao Merry Christmas seringkali menampilkan desain yang lebih eklektik. Banyak yang mempertahankan warna merah karena identik dengan kemakmuran dan kebahagiaan, namun dipadukan dengan elemen Natal seperti motif kepingan salju (snowflake), ornamen Natal, atau ilustrasi Sinterklas. Beberapa keluarga bahkan memilih amplop berwarna hijau tua, perak, atau emas, semata-mata untuk membedakannya dari angpao yang akan dibagikan saat perayaan Tahun Baru Imlek mendatang.
Kreativitas dalam desain ini menunjukkan upaya untuk mengintegrasikan dua perayaan besar ini tanpa menghilangkan esensi berbagi. Meskipun jumlah yang dimasukkan mungkin bervariasi, nilai simbolisnya tetap tinggi: sebuah harapan agar tahun depan membawa kelimpahan dan kesehatan bagi penerimanya, disampaikan melalui cara yang akrab dan disukai secara budaya. Praktik ini adalah contoh indah bagaimana budaya dapat bersilaturahmi, menciptakan tradisi baru yang hangat di tengah keragaman global.