Tradisi memberikan uang tunai dalam amplop merah atau berwarna cerah telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Idulfitri di banyak budaya, termasuk di Indonesia. Meskipun istilah "angpao" sering kali diasosiasikan dengan perayaan Tahun Baru Imlek, praktik pemberian uang dalam amplop juga sangat umum dilakukan saat Lebaran. Namun, menariknya, di berbagai daerah di Nusantara, istilah untuk menyebut pemberian uang THR (Tunjangan Hari Raya) ini memiliki sebutan lokalnya sendiri. Pertanyaan mengenai angpao lebaran disebut apa sering kali muncul karena keragaman budaya yang ada.
Meskipun konsepnya mirip—yaitu memberi sejumlah uang kepada anak-anak atau kerabat yang lebih muda sebagai bentuk perhatian dan harapan baik—terminologi yang digunakan sangat bervariasi. Keragaman ini mencerminkan kekayaan budaya dan bahasa daerah di Indonesia.
Variasi Sebutan Lokal untuk Uang Lebaran
Untuk menjawab pertanyaan "angpao lebaran disebut apa", kita perlu melihat peta Indonesia. Di beberapa wilayah, tradisi ini memiliki nama yang sangat khas dan berbeda dari sebutan umum.
- THR (Tunjangan Hari Raya): Ini adalah istilah baku yang paling umum dan sering digunakan secara nasional, terutama di lingkungan perkantoran dan formal. Namun, ketika diberikan secara langsung dari tangan ke tangan kepada anak-anak, istilah ini sering digantikan oleh nama lokal.
- Kupatan/Bagi Uang (Jawa Tengah/Jawa Timur): Di beberapa daerah Jawa, khususnya saat momen silaturahmi setelah salat Id, kegiatan berbagi uang ini sering disebut sederhana sebagai 'bagi-bagi' atau dikaitkan dengan tradisi Kupatan, meskipun istilah spesifiknya mungkin tidak sekuat di daerah lain.
- Bingkisan Lebaran: Meskipun 'bingkisan' secara umum merujuk pada hadiah, dalam konteks tertentu, amplop uang juga dapat disebut sebagai bingkisan, terutama jika diberikan oleh kerabat jauh.
- Uang Baru: Ini merujuk pada uang tunai yang baru dikeluarkan Bank Indonesia menjelang hari raya, yang kemudian dibagikan. Ini bukan nama sebutan untuk amplop itu sendiri, tetapi merupakan deskripsi dari isinya yang populer saat dibagikan.
Mengapa Istilah Angpao Jarang Dipakai di Lingkungan Muslim?
Penggunaan kata "angpao" secara harfiah berarti "amplop merah" dalam bahasa Mandarin. Karena asosiasi kuat dengan perayaan Tahun Baru Imlek dan budaya Tionghoa, banyak masyarakat Muslim di Indonesia cenderung menggunakan istilah yang lebih netral atau istilah lokal agar tidak terjadi tumpang tindih budaya. Meskipun pemberian uang itu sendiri adalah praktik universal yang diterima secara luas dalam Islam sebagai sedekah atau hadiah (hadiyyah), nama amplopnya sering kali disesuaikan dengan konteks lokal.
Di beberapa komunitas Muslim keturunan Tionghoa, mereka mungkin menggunakan istilah "Angpao" atau "Hongpao" tanpa keraguan, tetapi mayoritas masyarakat umum di luar komunitas tersebut lebih nyaman menyebutnya sebagai 'amplop Lebaran' atau 'THR anak-anak'. Pemilihan kata sangat dipengaruhi oleh identitas mayoritas di lingkungan tersebut. Misalnya, di Sumatera Utara, beberapa tradisi lokal mungkin memiliki sebutan yang sama sekali berbeda yang tidak terdengar seperti angpao.
Makna di Balik Amplop Uang Lebaran
Terlepas dari bagaimana angpao lebaran disebut di daerah masing-masing, esensi dari tradisi ini tetap sama: berbagi rezeki dan menciptakan kegembiraan bagi generasi muda. Lebaran adalah momen untuk saling memaafkan dan mempererat tali silaturahmi. Pemberian uang tunai ini melambangkan harapan agar penerima dapat memanfaatkan uang tersebut untuk kebutuhan hari raya mereka, seperti membeli pakaian baru atau makanan istimewa. Bagi anak-anak, ini adalah puncak kegembiraan setelah menjalankan ibadah puasa sebulan penuh.
Proses pemberian uang ini juga mengandung nilai edukatif. Ini mengajarkan konsep berbagi, tanggung jawab finansial sederhana, dan pentingnya memberi kepada mereka yang membutuhkan atau lebih muda. Orang tua seringkali mengingatkan anak-anak untuk menyimpan sebagian dan menyisihkan sebagian untuk disumbangkan, menanamkan nilai keikhlasan dalam momen perayaan. Oleh karena itu, meskipun namanya berganti-ganti di setiap provinsi, semangat kebersamaan dan kedermawanan yang diwakilinya tetap abadi dalam perayaan Idulfitri di Indonesia.