Istilah "angin jantung" seringkali terdengar dalam percakapan sehari-hari, terutama di kalangan masyarakat awam di Indonesia. Meskipun terdengar dramatis dan menakutkan, istilah ini jarang sekali merujuk pada kondisi medis yang sebenarnya. Secara umum, "angin jantung" adalah frasa populer yang digunakan untuk menggambarkan serangkaian gejala ketidaknyamanan di area dada yang seringkali tidak berkaitan langsung dengan masalah serius pada organ jantung itu sendiri.
Memahami perbedaan antara mitos populer dan kondisi medis yang nyata sangat penting untuk mencegah kecemasan yang tidak perlu dan memastikan penanganan yang tepat jika memang diperlukan. Artikel ini akan mengupas tuntas apa yang sering dimaksudkan orang ketika mereka menyebut "angin jantung" dan apa sebenarnya penyebab umum di baliknya.
Secara medis, tidak ada diagnosis resmi yang bernama "angin jantung". Istilah ini adalah label folklorik yang biasanya mencakup gejala seperti nyeri atau rasa tidak nyaman di dada, sesak napas ringan, perasaan kembung, atau sensasi tertusuk-tusuk yang hilang timbul. Orang yang mengalami gejala ini seringkali langsung panik dan mengaitkannya dengan serangan jantung (infark miokard), padahal kemungkinan besar penyebabnya jauh lebih ringan.
Rasa sakit yang dirasakan seringkali berpindah-pindah, muncul setelah makan atau saat stres, dan mereda dengan sendirinya. Karakteristik ini sangat berbeda dengan angina pektoris (nyeri dada akibat penyakit jantung koroner), yang cenderung lebih terpusat, terasa seperti ditekan, dan bisa menjalar ke lengan, rahang, atau punggung, serta dipicu oleh aktivitas fisik.
Mayoritas kasus yang dikategorikan sebagai "angin jantung" ternyata berasal dari sistem pencernaan atau sistem muskuloskeletal (otot dan tulang). Berikut adalah beberapa penyebab paling umum:
Penyakit refluks gastroesofageal (GERD) atau maag adalah tersangka utama. Ketika asam lambung naik hingga ke kerongkongan (esofagus), ia dapat menyebabkan sensasi panas, nyeri tajam, atau tekanan yang terasa sangat mirip dengan nyeri dada. Rasa nyeri ini seringkali memburuk saat berbaring atau setelah makan makanan pedas/berlemak.
Penumpukan gas berlebih di saluran pencernaan, terutama di usus besar atau lambung, dapat menyebabkan tekanan yang menjalar ke area dada. Gejala ini seringkali disertai dengan kembung, bersendawa, atau buang angin. Ketika gas bergerak, rasa sakitnya bisa terasa menusuk dan cepat hilang, sesuai dengan deskripsi awam tentang "angin".
Aktivitas fisik yang berlebihan, postur tubuh yang buruk, atau cedera kecil pada otot dada, tulang rusuk (kostokondritis), atau tulang belakang dapat menyebabkan nyeri lokal yang sangat jelas. Nyeri ini biasanya dapat diperburuk saat area tersebut ditekan atau digerakkan.
Kondisi psikologis seperti kecemasan berlebihan atau serangan panik seringkali memicu gejala fisik yang meniru kondisi jantung. Saat panik, tubuh melepaskan adrenalin, menyebabkan peningkatan laju jantung, napas menjadi cepat (hiperventilasi), dan sensasi dada terasa sesak atau nyeri. Ini adalah respons tubuh terhadap persepsi ancaman, bukan kerusakan organ.
Meskipun sebagian besar kasus "angin jantung" tidak berbahaya, penting untuk tidak mengabaikan gejala nyeri dada tanpa pemeriksaan. Ada batas tipis antara ketidaknyamanan ringan dan kondisi darurat kardiovaskular. Anda harus segera mencari bantuan medis darurat jika merasakan gejala berikut:
Jika Anda yakin gejala yang dialami adalah ketidaknyamanan ringan yang disebabkan oleh masalah pencernaan atau stres (bukan keluhan jantung), beberapa langkah manajemen mandiri dapat membantu:
Pada akhirnya, istilah "angin jantung" adalah pengingat bahwa tubuh manusia seringkali mengirimkan sinyal ambigu. Meskipun seringkali merujuk pada ketidaknyamanan ringan, respons yang bijak adalah selalu waspada. Jika keraguan muncul atau gejala menetap, konsultasi dengan dokter adalah langkah terbaik untuk memastikan bahwa jantung Anda benar-benar baik-baik saja.