Frasa "angin duduk" mungkin terdengar asing atau bahkan sedikit misterius bagi sebagian orang. Istilah ini seringkali muncul dalam percakapan sehari-hari di Indonesia, khususnya dalam konteks kesehatan atau perasaan tidak enak badan. Namun, tahukah Anda bahwa istilah ini memiliki kaitan erat dengan kondisi medis yang dikenal secara ilmiah sebagai angina pektoris? Memahami apa itu angin duduk bukan hanya sekadar mengetahui padanan kata, tetapi juga mengenali potensi risiko kesehatan yang mungkin menyertainya.
Asal Muasal dan Definisi Angin Duduk
Secara harfiah, "angin duduk" berarti udara (angin) yang menetap (duduk) di suatu tempat dalam tubuh. Dalam konteks tradisional, ini sering diartikan sebagai sensasi nyeri atau ketidaknyamanan di dada yang dipercaya disebabkan oleh gangguan udara atau masuk angin. Namun, dalam dunia kedokteran modern, angin duduk adalah manifestasi dari masalah sirkulasi darah pada jantung.
Angina pektoris, atau yang kita kenal sebagai angin duduk, adalah rasa nyeri dada yang terjadi ketika otot jantung tidak mendapatkan cukup oksigen. Kondisi ini biasanya dipicu oleh aktivitas fisik yang meningkat atau stres emosional, yang menyebabkan jantung bekerja lebih keras dan membutuhkan lebih banyak suplai darah kaya oksigen. Ketika arteri koroner (pembuluh darah yang memasok jantung) menyempit—umumnya karena penumpukan plak atau aterosklerosis—aliran darah menjadi terhambat, sehingga timbul rasa nyeri tersebut.
Gejala Khas Angin Duduk
Meskipun namanya mengacu pada "angin", gejala yang dirasakan pasien jauh lebih serius daripada sekadar masuk angin biasa. Rasa nyeri akibat angin duduk biasanya digambarkan sebagai perasaan tertekan, berat, diremas, atau tercekik di tengah dada. Rasa sakit ini seringkali menjalar ke area lain seperti lengan kiri, leher, rahang, bahu, atau punggung.
Durasi nyeri angina biasanya berlangsung singkat, mulai dari beberapa menit hingga paling lama sekitar lima hingga sepuluh menit. Rasa nyeri ini akan mereda jika penderitanya beristirahat atau mengonsumsi obat yang diresepkan dokter (seperti nitrogliserin). Jika nyeri berlangsung sangat lama, tidak membaik dengan istirahat, atau disertai gejala berat seperti keringat dingin dan sesak napas hebat, hal tersebut dapat mengindikasikan serangan jantung (infark miokard) yang memerlukan penanganan darurat segera.
Faktor Pemicu dan Penanganan
Pemicu utama angin duduk adalah ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen jantung. Aktivitas yang meningkatkan permintaan oksigen, seperti olahraga berat, emosi yang kuat (marah atau cemas), paparan suhu dingin ekstrem (yang menyebabkan pembuluh darah menyempit), dan makan dalam porsi besar, seringkali menjadi pemicu serangan angin duduk.
Penanganan angin duduk berfokus pada dua hal: mengatasi serangan akut dan mencegah serangan di masa depan. Saat serangan terjadi, istirahat total adalah langkah pertama. Dalam penanganan medis, dokter mungkin meresepkan obat vasodilator untuk melebarkan pembuluh darah. Untuk pencegahan jangka panjang, perubahan gaya hidup sangat krusial, termasuk berhenti merokok, mengelola tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol, menjaga berat badan ideal, serta mengelola stres dengan baik.
Kesimpulannya, "angin duduk" adalah istilah awam yang merujuk pada kondisi medis serius, yaitu angina pektoris, yang disebabkan oleh penyempitan arteri koroner. Mengabaikan gejala ini dapat berakibat fatal. Jika Anda atau orang terdekat mengalami nyeri dada yang dicurigai sebagai angin duduk, segera konsultasikan dengan tenaga medis profesional untuk diagnosis dan penanganan yang tepat. Jangan biarkan "angin" ini menetap tanpa pengawasan medis.