Di antara ribuan spesies anggrek yang tersebar di seluruh dunia, terdapat satu spesies yang menonjol karena ukurannya yang megah: anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum). Anggrek ini dikenal sebagai 'Ratu Anggrek' atau 'Anggrek Tebu' karena batang semu (pseudobulb) nya yang menyerupai batang tebu, dan ukurannya yang bisa mencapai proporsi raksasa. Spesies ini merupakan salah satu anggrek terbesar di dunia, baik dari segi tinggi tanaman maupun bobotnya. Keberadaannya bukan hanya menarik perhatian para botanis, tetapi juga menjadi simbol kekayaan flora tropis Indonesia.
Tumbuh secara epifit (menempel pada pohon lain) atau terkadang litofit (di atas batu), anggrek tebu sering ditemukan di hutan-hutan dataran rendah hingga menengah di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Papua Nugini. Meskipun penampilannya mencolok, perawatannya membutuhkan pemahaman mendalam tentang habitat alaminya agar dapat mekar dengan indah.
Ilustrasi visual dari karakteristik Anggrek Tebu.
Keunikan utama anggrek tebu terletak pada batang semu masifnya. Batang semu ini berbentuk oval memanjang, menyerupai ruas-ruas tebu, dan dapat mencapai diameter hingga 30 cm dengan tinggi lebih dari satu meter. Fungsi utama pseudobulb ini adalah sebagai organ penyimpan air dan nutrisi, memungkinkannya bertahan dalam periode kering. Gugusan pseudobulb ini seringkali berkumpul membentuk rumpun besar yang beratnya bisa mencapai puluhan hingga ratusan kilogram.
Bunganya juga spektakuler. Ketika mekar, anggrek tebu menghasilkan tangkai bunga panjang yang mampu menopang hingga 50 kuntum bunga. Warna bunga biasanya didominasi corak kuning cerah dengan bercak atau garis cokelat kemerahan di bagian bibir bunga (labellum). Keharuman yang dihasilkan bunga ini bervariasi, namun umumnya cukup lembut dan menarik serangga penyerbuk. Masa pembungaan idealnya terjadi pada musim kemarau.
Sebagai spesies yang berhabitat di hutan tropis, anggrek tebu sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Mereka membutuhkan kelembaban tinggi, sirkulasi udara yang baik, dan intensitas cahaya matahari yang terfilter. Penebangan hutan dan alih fungsi lahan adalah ancaman terbesar bagi populasi liarnya.
Di banyak negara habitatnya, termasuk Indonesia, anggrek tebu dilindungi. Perdagangan ilegal dan pengambilan berlebihan dari alam liar telah mengurangi populasinya secara signifikan. Upaya konservasi kini difokuskan pada pengembangan budidaya melalui teknik kultur jaringan untuk menyediakan stok tanaman yang legal dan mengurangi tekanan terhadap populasi di alam liar. Keberhasilan pembudidayaan juga membantu melestarikan keragaman genetik anggrek raksasa ini.
Membudidayakan anggrek tebu membutuhkan kesabaran. Karena ukurannya, dibutuhkan media tanam yang sangat porus dan aerasi yang luar biasa. Media yang umum digunakan adalah campuran kulit kayu pinus, sekam bakar, dan sedikit arang. Penempatan harus memastikan tanaman menerima cahaya terang, namun hindari paparan sinar matahari langsung yang terik, terutama pada siang hari.
Penyiraman harus dilakukan secara teratur, terutama saat tanaman sedang aktif tumbuh, namun pastikan media tidak tergenang air karena ini dapat menyebabkan pembusukan pada pseudobulb yang besar. Pemupukan teratur dengan pupuk seimbang sangat penting untuk mendukung pembentukan bunga spektakuler yang menjadi daya tarik utama anggrek tebu ini. Dengan perawatan yang tepat, tanaman ini akan tumbuh sehat dan siap menampilkan keagungannya di kebun Anda.