Anggrek Grammatophyllum scriptum, sering kali dijuluki "Anggrek Semut" karena habitat alaminya yang sering ditemukan di pohon-pohon yang dihuni semut, adalah salah satu spesies anggrek epifit yang memikat perhatian para kolektor botani. Nama spesiesnya, "scriptum," merujuk pada pola atau goresan menarik yang menyerupai tulisan tangan pada label bunganya, memberikan ciri khas visual yang membedakannya dari spesies lain dalam genus Grammatophyllum.
Secara morfologi, Grammatophyllum scriptum memiliki pseudobulb yang besar, padat, dan berbentuk oval hingga silindris. Pseudobulb ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan air dan nutrisi, memungkinkannya bertahan hidup di lingkungan yang terkadang kering. Daunnya tebal, kaku, dan tersusun secara berpasangan atau bertiga di puncak setiap pseudobulb. Ukuran tanaman ini bisa menjadi sangat masif seiring waktu, sering kali membentuk rumpun yang besar, menjadikannya salah satu anggrek yang membutuhkan ruang tumbuh yang cukup luas.
Namun, daya tarik utama dari anggrek ini terletak pada perbungaannya. Infloresensinya biasanya muncul dari pangkal daun, membawa rangkaian bunga yang relatif kecil namun padat. Bunga-bunga Grammatophyllum scriptum umumnya memiliki warna dasar kuning atau kuning kehijauan, namun yang membuatnya istimewa adalah adanya bercak atau garis-garis cokelat kemerahan yang tersebar tidak beraturan pada sepal dan petal. Pola inilah yang memberikan kesan tulisan atau coretan, sesuai dengan namanya. Meskipun bunganya individual tidak terlalu besar, ketika muncul dalam jumlah banyak pada satu tangkai, penampilannya sangat spektakuler dan menarik perhatian.
Anggrek ini berasal dari wilayah tropis Asia Tenggara dan Pasifik Barat, termasuk pulau-pulau di Indonesia. Seperti banyak spesies anggrek epifit lainnya, Grammatophyllum scriptum tumbuh menempel pada batang atau cabang pohon besar di hutan hujan primer, memanfaatkan kelembaban udara dan sinar matahari yang terfilter. Mereka tidak mengambil nutrisi dari inangnya, melainkan hanya menggunakan pohon sebagai penopang. Kondisi ideal untuk pertumbuhannya meliputi suhu hangat, kelembaban tinggi yang stabil, dan sirkulasi udara yang baik.
Kehadiran semut di sekitar rumpun anggrek ini bukan hanya kebetulan. Beberapa spesies Grammatophyllum menunjukkan hubungan mutualisme dengan semut, di mana semut mendapat perlindungan di dalam pseudobulb yang berongga (walaupun ini lebih umum terjadi pada spesies lain dalam genus ini, namun hubungan ekologisnya tetap menarik), sementara semut mungkin membantu dalam menjaga kebersihan tanaman dari serangga hama atau memberikan sedikit nutrisi tambahan.
Membudidayakan Grammatophyllum scriptum di luar habitat aslinya memerlukan pemahaman yang baik mengenai kebutuhan dasarnya. Pertama, media tanam harus sangat porous. Kombinasi kulit kayu pinus kasar, arang, dan sedikit perlite sering direkomendasikan untuk memastikan drainase yang cepat dan aerasi akar yang maksimal. Mereka tidak menyukai kondisi basah yang berkepanjangan.
Penyiraman harus dilakukan secara teratur saat media hampir kering. Namun, karena mereka memiliki pseudobulb yang besar, mereka dapat mentolerir sedikit kekeringan lebih baik daripada anggrek sympodial lainnya. Cahaya yang dibutuhkan adalah cahaya terang namun teduh; sinar matahari langsung yang terik dapat membakar daunnya. Memberikan pemupukan seimbang secara rutin selama musim pertumbuhan (umumnya musim hujan atau saat pertumbuhan aktif) akan mendorong pembentukan pseudobulb yang sehat dan potensi pembungaan yang lebih baik. Kunci sukses merawat Grammatophyllum scriptum adalah menyediakan lingkungan yang menyerupai hutan hujan tropis tempat asalnya—hangat, lembab, dan berventilasi baik. Pertumbuhan yang lambat namun kokoh akan menghasilkan tanaman koleksi yang megah dalam beberapa tahun.