Anggaran kas perusahaan, atau *cash budget*, adalah salah satu alat manajemen keuangan paling vital yang harus dimiliki setiap bisnis, terlepas dari ukuran atau industrinya. Secara sederhana, anggaran kas adalah proyeksi terperinci mengenai arus kas masuk (penerimaan) dan arus kas keluar (pengeluaran) perusahaan selama periode waktu tertentu. Tujuan utamanya bukan sekadar mencatat transaksi, melainkan memprediksi kebutuhan likuiditas di masa depan sehingga perusahaan dapat menghindari krisis arus kas mendadak dan memanfaatkan surplus dana secara optimal.
Banyak perusahaan yang secara akuntansi terlihat untung, namun bangkrut karena gagal mengelola arus kas. Anggaran kas berfungsi sebagai peta jalan keuangan. Ia membantu manajemen dalam mengambil keputusan strategis seperti penentuan waktu terbaik untuk investasi besar, pembelian persediaan, pembayaran utang, atau negosiasi pinjaman jangka pendek. Tanpa anggaran kas yang solid, perusahaan beroperasi dalam kondisi buta terhadap kemampuan riil mereka untuk membayar kewajiban jangka pendek.
Penyusunan anggaran kas yang efektif melibatkan tiga komponen inti yang harus diestimasi secara cermat:
Ini mencakup semua sumber dana yang diharapkan masuk ke perusahaan. Bagian terpenting di sini adalah proyeksi penjualan. Tidak semua penjualan akan langsung menghasilkan uang tunai; ada komponen penjualan kredit (piutang) yang pembayarannya mungkin tertunda 30, 60, atau 90 hari. Manajer harus menggunakan data historis tentang rata-rata waktu penagihan untuk memperkirakan kapan uang dari penjualan bulan ini benar-benar akan diterima. Selain penjualan, penerimaan lain termasuk hasil penjualan aset, pendapatan bunga, atau penerimaan pinjaman baru.
Ini adalah estimasi semua pembayaran tunai yang akan dikeluarkan. Komponen ini dibagi menjadi dua: pengeluaran operasional tetap dan variabel. Pengeluaran operasional meliputi pembayaran gaji, sewa, utilitas, dan biaya pemasaran. Pengeluaran modal (belanja aset tetap) juga harus dimasukkan dalam periode yang dianggarkan. Sama seperti penerimaan, beberapa pengeluaran memiliki jeda waktu, misalnya pembayaran bahan baku yang dibeli secara kredit.
Setelah menghitung selisih antara total penerimaan dan total pengeluaran pada setiap periode (biasanya bulanan), perusahaan perlu menetapkan saldo kas akhir. Saldo ini dibandingkan dengan *saldo kas minimum* yang ditetapkan sebagai penyangga keamanan (buffer). Jika saldo akhir lebih rendah dari saldo minimum, perusahaan harus segera merencanakan pendanaan jangka pendek (seperti *line of credit*). Sebaliknya, jika saldo jauh melebihi kebutuhan, kelebihan dana tersebut dapat diinvestasikan sementara untuk mendapatkan imbal hasil.
Realitas bisnis jarang sekali berjalan sesuai rencana. Oleh karena itu, anggaran kas tidak boleh dibuat kaku. Praktik terbaik adalah membuat skenario anggaran. Setidaknya, perusahaan harus membuat tiga versi:
Dengan membandingkan skenario-skenario ini, manajemen dapat mempersiapkan rencana kontingensi untuk merespons guncangan pasar dengan lebih cepat dan efektif, memastikan kelangsungan operasional perusahaan tetap terjaga meskipun menghadapi periode sulit. Anggaran kas bukan sekadar latihan akuntansi tahunan; ia adalah siklus pemantauan dan penyesuaian yang berkelanjutan.