Ilustrasi sederhana tiga jenis pedang anggar di atas matras pertandingan.
Anggar, atau fencing, adalah olahraga yang memadukan kecepatan, strategi, dan ketepatan fisik. Meskipun seringkali dilihat hanya sebagai olahraga duel dengan pedang ringan, akar sejarahnya jauh lebih dalam, melibatkan disiplin militer dan etiket sosial bangsawan Eropa. Ketika kita berbicara tentang "anggar sword" (sebuah terjemahan langsung yang merujuk pada senjata anggar), kita merujuk pada tiga jenis senjata utama: Foil, Epee, dan Sabre. Setiap senjata membawa filosofi, aturan, dan teknik bertarung yang unik, menjadikannya sebuah seni bela diri yang kompleks.
Sejarah anggar dimulai dari perkembangan ilmu pedang yang digunakan untuk duel pribadi dan perang. Seiring waktu, terutama setelah abad ke-17, kebutuhan akan latihan yang lebih aman mendorong pengembangan senjata tumpul dan ringan. Foil, misalnya, berevolusi dari pedang latihan yang ringan. Kemudian muncullah Epee, yang dirancang untuk meniru sensasi duel pedang lurus yang lebih berat, di mana hanya ujung pedang yang diperbolehkan menyentuh lawan (point scoring).
Sementara itu, Sabre mewakili tradisi pedang potong (cutting/slashing) yang berasal dari kavaleri militer. Karena sifatnya yang cepat dan agresif, peraturan anggar modern harus terus beradaptasi untuk mengelola dinamika ketiga senjata ini, terutama dalam hal validitas area target dan prioritas serangan (Right of Way).
Memahami anggar berarti memahami perbedaan mendasar antara ketiga disiplin ini.
Foil adalah senjata latihan yang paling ringan. Dalam anggar foil, poin hanya dapat dicetak dengan ujung pedang ke area tubuh dari pinggang ke atas, tidak termasuk lengan dan kepala. Aturan paling krusial dalam foil adalah "Right of Way" (hak untuk menyerang). Jika kedua atlet menyerang bersamaan, juri akan memberikan poin kepada atlet yang dianggap memulai serangan valid terlebih dahulu, menambahkan lapisan strategis yang sangat bergantung pada inisiatif dan pertahanan yang tepat (parry-riposte). Foil mengajarkan presisi dan pemahaman waktu yang sempurna.
Epee adalah yang paling dekat dengan dueling sword tradisional dalam hal area target. Seluruh tubuh, dari ujung kepala hingga ujung kaki, adalah target yang sah. Tidak ada "Right of Way" dalam Epee; siapa pun yang menyentuh lawan lebih dulu dengan ujung pedang yang menghasilkan kontak yang cukup akan mendapat poin. Ini mendorong pertarungan yang lebih sabar, berbasis antisipasi, dan seringkali berakhir dengan pertukaran pukulan yang simultan. Atlet Epee harus sangat mahir dalam serangan balik dan menjaga jarak yang sangat ketat.
Sabre adalah senjata potong dan tusuk. Poin dapat dicetak dengan ujung pedang (tusukan) atau sepanjang tepi pedang (sayatan). Area target adalah segala sesuatu dari pinggang ke atas, termasuk kedua lengan dan kepala. Seperti Foil, Sabre menggunakan aturan "Right of Way." Karena sifatnya yang menyerupai pedang kavaleri, pertarungan Sabre sangat cepat, agresif, dan memerlukan gerakan kaki yang dinamis untuk menciptakan serangan cepat dan pertahanan yang gesit.
Anggar sword bukan hanya tentang kecepatan fisik, tetapi juga tentang kontrol mental. Setiap gerakan, mulai dari posisi dasar (en garde), langkah maju (advance), langkah mundur (retreat), hingga serangan (lunge) harus dilakukan dengan tujuan yang jelas. Para ahli anggar sering menyebutnya sebagai "catur fisik." Anda harus memprediksi langkah lawan empat hingga lima gerakan ke depan sambil menyembunyikan niat Anda sendiri.
Disiplin ini mengajarkan kesabaran, di mana momen diam sebelum ledakan energi adalah sama pentingnya dengan serangan itu sendiri. Menguasai anggar sword berarti menguasai diri sendiri—mengendalikan reaksi emosional terhadap pukulan yang masuk atau serangan yang meleset, dan tetap fokus pada strategi inti pertandingan.
Saat ini, anggar adalah olahraga Olimpiade yang diakui secara global. Meskipun peralatan modern—seperti pakaian pelindung konduktif dan sistem penskoran elektronik—telah menggantikan pedang baja tradisional, esensi dari seni pedang kuno tetap hidup. Olahraga ini menawarkan kombinasi unik antara kebugaran kardiovaskular, koordinasi neuromuskular, dan kecerdasan taktis yang membuatnya tetap relevan dan menarik bagi atlet dari segala usia di seluruh dunia. Anggar sword adalah warisan pertempuran yang diubah menjadi seni olahraga yang elegan.