Representasi visual dampak banjir di kawasan padat seperti Andara.
Kawasan Andara, yang sering kali menjadi representasi area urban yang padat penduduk dan memiliki infrastruktur yang terus berkembang, secara periodik menghadapi tantangan serius berupa banjir. Fenomena ini bukan hanya sekadar genangan air sesaat, melainkan sebuah isu kompleks yang melibatkan tata ruang, drainase perkotaan, dan perubahan iklim ekstrem. Ketika intensitas hujan meningkat, kapasitas saluran air yang sudah ada seringkali kewalahan, memicu luapan air yang merendam jalan utama dan permukiman.
Mengidentifikasi akar masalah adalah langkah pertama dalam merumuskan solusi efektif. Di Andara, masalah banjir biasanya multifaktorial. Pertama, tingginya laju konversi lahan terbuka menjadi bangunan permanen (impermeable surface) telah mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap air hujan secara alami. Hal ini menyebabkan peningkatan drastis pada aliran permukaan (runoff).
Kedua, sistem drainase yang ada seringkali tidak terawat atau dirancang untuk volume air yang jauh lebih kecil dibandingkan saat ini. Pendangkalan saluran, penyumbatan oleh sampah rumah tangga, dan minimnya pemeliharaan rutin memperburuk situasi. Ketika gorong-gorong dan selokan tersumbat, air terpaksa mencari jalur lain, yaitu naik ke permukaan jalan dan memasuki area pemukiman.
Faktor ketiga adalah urbanisasi yang cepat. Pembangunan yang tidak terintegrasi dengan perencanaan tata air menyebabkan banyak wilayah resapan alami hilang, sementara infrastruktur publik seperti jalan raya justru menciptakan hambatan bagi aliran air alami menuju badan air yang lebih besar. Kepadatan penduduk juga berkorelasi langsung dengan volume sampah yang dibuang sembarangan, yang kemudian menjadi biang kerok utama penyumbatan saluran air.
Dampak dari banjir di kawasan Andara sangat terasa pada kehidupan sehari-hari warganya. Secara sosial, mobilitas warga terganggu total. Aktivitas sekolah, bekerja, dan distribusi kebutuhan pokok menjadi terhambat karena banyak ruas jalan yang tidak dapat dilalui kendaraan, terutama bagi kendaraan roda dua. Bagi warga yang tinggal di dataran rendah, kerusakan properti akibat terendam air adalah kerugian finansial yang besar, memaksa mereka mengeluarkan biaya tambahan untuk perbaikan dan pembersihan.
Secara ekonomi, dampak banjir merambat ke sektor usaha kecil. Pedagang kaki lima atau toko-toko kecil di pinggir jalan mengalami kerugian karena dagangan mereka rusak atau karena sepinya pembeli selama air masih menggenang. Selain itu, ancaman kesehatan meningkat tajam. Lingkungan yang basah dan kotor menjadi sarang berbagai penyakit yang ditularkan melalui air, seperti diare, leptospirosis, dan penyakit kulit. Krisis sanitasi seringkali mengikuti setelah banjir surut.
Penanganan masalah banjir di Andara memerlukan pendekatan dua arah: mitigasi segera untuk merespons keadaan darurat, dan upaya struktural jangka panjang untuk mencegah terulangnya bencana serupa. Dalam jangka pendek, prioritas utama adalah pengerukan saluran air secara rutin dan masif, terutama menjelang musim penghujan. Sosialisasi intensif mengenai larangan membuang sampah ke saluran air harus dilakukan secara berkala oleh pemerintah daerah setempat.
Untuk solusi jangka panjang, fokus harus diarahkan pada peningkatan kapasitas drainase perkotaan. Ini bisa mencakup program normalisasi sungai kecil atau kali yang melintasi area tersebut, serta pembangunan sumur resapan komunal di ruang-ruang publik yang masih tersedia. Selain itu, pemerintah perlu meninjau kembali izin pembangunan di area yang secara historis terbukti merupakan jalur air alami.
Penerapan prinsip Green Infrastructure juga sangat relevan. Misalnya, mendorong pembuatan taman kota yang berfungsi ganda sebagai area penampungan sementara air hujan (bioswales atau rain garden) daripada hanya menggunakan beton. Mengembalikan ruang terbuka hijau di kawasan urban akan membantu mengurangi volume air permukaan secara signifikan. Kolaborasi antara warga dan otoritas dalam menjaga kebersihan lingkungan juga menjadi kunci keberhasilan mitigasi berkelanjutan. Upaya kolektif ini penting agar kawasan Andara dapat beradaptasi lebih baik terhadap tantangan hidrometeorologi di masa depan.