Al-Qur'an adalah kitab suci yang menjadi pedoman hidup bagi umat Islam. Di dalamnya terkandung berbagai macam ayat yang mengatur segala aspek kehidupan, mulai dari ibadah, muamalah, hingga tuntunan moral. Salah satu ayat yang sering menjadi renungan dan pengingat bagi kaum mukmin adalah Surah An Nisa ayat 74. Ayat ini secara tegas menyampaikan pesan tentang kewajiban berperang di jalan Allah bagi mereka yang diperangi, namun dengan tetap menjaga batasan dan tujuan syar'i.
Perintah ini bukanlah seruan untuk melakukan agresi atau kekerasan tanpa sebab. Sebaliknya, ia merupakan respons defensif dan sebuah ketegasan dalam menghadapi permusuhan. Ayat ini juga mengandung pelajaran berharga mengenai kesabaran, keteguhan iman, dan janji kemenangan dari Allah SWT bagi hamba-Nya yang memperjuangkan kebenaran.
Untuk memahami An Nisa ayat 74 dengan mendalam, penting untuk melihat konteks turunnya ayat ini. Ayat ini turun ketika umat Islam sedang menghadapi ancaman dan permusuhan dari kaum kafir Mekkah. Perintah untuk berperang di sini bersifat kontekstual, yaitu sebagai bentuk pembelaan diri dan mempertahankan eksistensi Islam serta kaum Muslimin dari serangan dan penindasan.
Ayat ini membedakan secara jelas dua kubu: orang beriman yang berjuang di jalan Allah, dan orang kafir yang berjuang di jalan Taghut (sesuatu yang disembah selain Allah, termasuk setan dan segala bentuk kesesatan). Perjuangan di jalan Allah berarti berjuang untuk menegakkan kebenaran, keadilan, dan syariat-Nya, dengan niat yang tulus ikhlas karena Allah semata. Sementara itu, perjuangan di jalan Taghut adalah perjuangan yang didasari oleh hawa nafsu, kesesatan, kebatilan, dan untuk menegakkan sistem yang menentang perintah Allah.
Frasa "Maka, perangilah pengikut-pengikut syaitan itu" menegaskan kewajiban bagi orang beriman untuk melawan mereka yang memerangi mereka di jalan kebatilan. Namun, Islam tidak mengajarkan permusuhan yang membabi buta. Terdapat banyak ayat dan hadits lain yang menjelaskan etika berperang dalam Islam, seperti larangan membunuh wanita, anak-anak, orang tua, pendeta, dan merusak lingkungan. Perang dalam Islam harus memiliki tujuan yang jelas, yaitu untuk menegakkan kebenaran dan menghentikan kezaliman, bukan untuk mencari keuntungan duniawi atau sekadar balas dendam.
Dalam perang, ada prinsip keadilan dan proporsionalitas yang harus dijaga. Kemenangan yang diraih haruslah kemenangan yang bersih dan tidak menimbulkan lebih banyak kemudaratan daripada kebaikan. Ayat ini juga secara implisit mengingatkan bahwa musuh yang dihadapi adalah pengikut setan, dan tipu daya mereka pada hakikatnya lemah. Ini memberikan motivasi dan keyakinan kepada kaum mukmin bahwa dengan pertolongan Allah, kebenaran akan selalu menang atas kebatilan.
An Nisa ayat 74 tidak hanya berbicara tentang kewajiban, tetapi juga memberikan janji yang sangat besar. Bagi mereka yang teguh berjuang di jalan Allah, kemenangan adalah sebuah keniscayaan. Allah SWT berjanji akan memberikan pertolongan kepada hamba-hamba-Nya yang membela agama-Nya. Janji ini memberikan kekuatan dan semangat bagi kaum mukmin untuk menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan.
Kekuatan iman adalah kunci utama dalam perjuangan ini. Ketika iman tertanam kuat dalam hati, seorang mukmin akan mampu menghadapi musuh yang mungkin terlihat lebih kuat secara fisik atau materi. Keyakinan bahwa Allah bersama orang-orang yang bertakwa akan menjadi bekal terpenting. Tipu daya setan memang ada, namun mereka tidak akan mampu berdaya jika seorang mukmin senantiasa berlindung kepada Allah dan berpegang teguh pada ajaran-Nya.
Meskipun ayat ini turun dalam konteks peperangan fisik, maknanya tetap relevan di masa kini dalam berbagai bentuk perjuangan. Perjuangan di jalan Allah tidak selalu harus berupa peperangan bersenjata. Ia bisa berarti berjuang melawan hawa nafsu diri sendiri, berjuang menyebarkan ilmu dan kebaikan, berjuang menegakkan keadilan dalam masyarakat, berjuang melawan kemiskinan dan kebodohan, atau berjuang membela kebenaran di ruang publik.
Dalam setiap bentuk perjuangan tersebut, semangat An Nisa ayat 74 harus tetap dipegang: hanya berjuang di jalan Allah, melawan segala bentuk kebatilan dan kesesatan (Taghut), dan selalu yakin bahwa pertolongan Allah pasti datang. Kesabaran dan keteguhan hati adalah kunci untuk meraih kemenangan. Dengan memahami dan mengamalkan isi An Nisa ayat 74, umat Islam diharapkan dapat menjadi pribadi yang lebih kuat, teguh dalam keyakinan, dan senantiasa berjuang di jalan kebaikan demi meraih ridha Allah SWT.