Dalam lautan kebijaksanaan yang terkandung dalam Al-Qur'an, setiap ayat, setiap surat, menyimpan permata-permata pengetahuan dan petunjuk. Salah satu ayat yang sering menjadi sorotan dan perenungan adalah An Nisa 70. Ayat ini, yang merupakan bagian dari Surat An Nisa (Para Wanita), bukanlah sekadar rangkaian kata-kata, melainkan sebuah pilar penting dalam pemahaman ajaran Islam mengenai kepercayaan, ketulusan, dan penghargaan terhadap nikmat Ilahi.
Surat An Nisa secara keseluruhan membahas berbagai aspek kehidupan seorang Muslim, mulai dari hukum keluarga, hak-hak wanita, hingga pedoman dalam masyarakat. Di tengah pembahasan yang luas tersebut, An Nisa 70 muncul dengan penekanan khusus pada kualitas spiritual seseorang. Ayat ini secara gamblang membedakan antara dua kategori manusia berdasarkan derajat keimanan dan kedekatan mereka kepada Allah SWT.
Secara garis besar, An Nisa 70 membagi manusia menjadi dua kelompok utama: mereka yang memiliki keimanan yang kokoh dan mereka yang hanya mengaku beriman namun tidak memiliki ketulusan yang sesungguhnya. Allah SWT berfirman dalam ayat ini, "Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang agung."
Poin utama dari ayat ini adalah penekanan pada ketaatan. Ketaatan yang dimaksud di sini bukan sekadar ritualitas lahiriah, melainkan sebuah kepatuhan yang menyeluruh, yang berasal dari lubuk hati terdalam dan termanifestasi dalam setiap aspek kehidupan. Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya (Nabi Muhammad SAW) adalah fondasi utama yang akan mengantarkan seseorang pada kebahagiaan abadi di surga. Ini adalah janji yang teguh dan imbalan yang tiada tara bagi hamba-Nya yang tulus.
Namun, An Nisa 70 tidak berhenti di situ. Ia juga secara implisit menyinggung golongan lain, yaitu mereka yang imannya patut dipertanyakan. Ayat-ayat sebelumnya dalam Surat An Nisa, dan konteks umum surat ini, seringkali membahas mengenai orang-orang munafik atau mereka yang imannya lemah. Golongan ini mungkin melakukan ibadah, berbicara tentang iman, namun tindakan dan niat mereka seringkali tidak sejalan. Mereka tidak sepenuhnya tunduk pada perintah Allah dan Rasul-Nya.
Perbedaan mendasar antara kedua golongan ini terletak pada ketulusan niat dan konsistensi tindakan. Golongan pertama, yang dijanjikan surga, adalah mereka yang imannya telah meresap ke dalam jiwa, yang menjadikan syariat Allah sebagai pedoman hidup, dan yang Rasul-Nya sebagai suri teladan. Mereka tidak hanya mengucapkan kalimat syahadat, tetapi menghidupinya dalam keseharian.
An Nisa 70 memberikan sebuah cermin bagi setiap individu untuk melakukan introspeksi diri. Apakah keimanan yang kita miliki sudah cukup kokoh? Apakah ketaatan kita kepada Allah dan Rasul-Nya sudah menyeluruh? Atau jangan-jangan, kita termasuk dalam golongan yang mengaku beriman, namun hati kita belum sepenuhnya tertaut pada kebenaran Ilahi?
Keindahan ayat ini terletak pada kejelasannya dalam menetapkan standar. Kemenangan yang hakiki bukanlah kesuksesan duniawi semata, melainkan pencapaian keridhaan Allah SWT dan tempat di surga-Nya. Untuk meraih kemenangan ini, jalan yang ditempuh adalah melalui ketaatan yang tulus. Ini berarti menerima segala perintah dan larangan-Nya tanpa keraguan, serta menjadikannya prinsip dalam setiap langkah kehidupan.
Merujuk pada An Nisa 70 juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga hubungan baik dengan Allah SWT dan Rasul-Nya. Hubungan ini dibangun melalui ibadah yang ikhlas, dzikir yang berkelanjutan, membaca dan merenungkan Al-Qur'an, serta meneladani sunnah Nabi Muhammad SAW. Setiap kebaikan yang dilakukan dengan niat karena Allah akan menjadi bekal berharga di akhirat kelak.
Lebih jauh lagi, ayat ini mengajarkan kita untuk tidak hanya berfokus pada diri sendiri, tetapi juga pada bagaimana kita berinteraksi dengan sesama. Ketaatan kepada Rasul juga mencakup bagaimana kita bersikap terhadap sesama manusia, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Moralitas, kejujuran, kasih sayang, dan keadilan adalah bagian tak terpisahkan dari implementasi keimanan yang benar.
Dengan demikian, An Nisa 70 bukanlah sekadar ayat yang harus dihafal atau dibaca, melainkan sebuah panduan hidup yang komprehensif. Ia mengajak kita untuk senantiasa mengukur kualitas keimanan kita, memperkuat pondasi ketakwaan, dan mengarahkan seluruh tindakan kita demi meraih kemenangan yang sesungguhnya, yaitu kebahagiaan abadi di sisi Allah SWT. Mari jadikan ayat ini sebagai motivasi untuk terus berbenah diri dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.