Simbol keterbukaan, keadilan, dan keteguhan hati.
Surah An Nisa, yang berarti "Wanita", adalah surah Madaniyah yang memuat banyak ajaran penting dalam kehidupan seorang Muslim. Di antara ayat-ayatnya yang kaya makna, rentang ayat 61 hingga 70 menawarkan pelajaran berharga tentang bagaimana seharusnya kita bersikap dalam menghadapi berbagai situasi, mulai dari interaksi sosial, kewajiban hukum, hingga pondasi keimanan yang kokoh.
Ayat-ayat awal dalam rentang ini menekankan pentingnya ketaatan mutlak kepada Allah dan Rasul-Nya. Ketika diperintahkan untuk bersidang atau memberikan keputusan, seorang Muslim diperintahkan untuk melakukannya dengan adil dan jujur, sebagaimana firman Allah dalam An Nisa ayat 58-59 yang dilanjutkan dengan pemahaman di ayat 61-64. Perintah ini bukan hanya berlaku dalam urusan duniawi, tetapi juga dalam menegakkan syariat Islam. Pentingnya bersidang dengan adil (ayat 61) menunjukkan bahwa keadilan adalah prinsip fundamental dalam masyarakat Islam. Ayat ini juga mengingatkan bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, sehingga tidak ada yang tersembunyi dari-Nya, termasuk niat tersembunyi di balik perkataan atau perbuatan.
Kemudian, ayat 62 menggarisbawahi konsekuensi dari ketidaktaatan. Mereka yang berpaling dari perintah Allah dan Rasul-Nya akan menghadapi konsekuensi di akhirat. Ini adalah pengingat kuat akan tanggung jawab kita sebagai hamba Allah. Ayat 63 secara lugas menyebutkan bahwa Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka. Ini mengajarkan pentingnya keikhlasan dalam setiap tindakan, karena hanya Allah yang Maha Melihat apa yang tersembunyi. Jika Allah menginginkan kebaikan bagi mereka, niscaya Allah akan memberikan petunjuk. Ini menunjukkan bahwa pintu taubat dan rahmat Allah selalu terbuka bagi siapa saja yang bersungguh-sungguh mencari kebenaran.
Ayat 64 menutup segmen awal ini dengan menegaskan bahwa segala sesuatu yang diungkapkan di dunia ini tidak lain adalah untuk ditaati perintah Allah dan Rasul-Nya, agar mereka mendapat rahmat. Ini memperkuat bahwa ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah jalan utama menuju keselamatan dan kasih sayang-Nya. Dalam konteks ini, "menjalankan hukum Allah" bukan hanya soal ritual, tetapi juga menyangkut bagaimana kita berinteraksi, menyelesaikan perselisihan, dan membangun masyarakat yang adil.
Memasuki ayat 65, fokus bergeser pada pentingnya saksi yang hakiki. Ayat ini menyatakan bahwa tidak beriman seseorang, sampai mereka menjadikan engkau (Nabi Muhammad) sebagai hakim dalam perselisihan mereka, kemudian tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap apa yang engkau putuskan, dan mereka menerima (keputusanmu) dengan sepenuhnya. Ini menunjukkan betapa pentingnya kedudukan Rasulullah sebagai penuntun umat dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam penyelesaian masalah. Lebih dalam lagi, ayat ini mengingatkan bahwa kesaksian yang sebenarnya hanya datang dari Allah, dan bahwa Allah telah menurunkan Al-Qur'an sebagai panduan.
Ayat 66-67 melanjutkan penekanan pada keimanan yang benar, yang tidak hanya diucapkan di lisan, tetapi juga dibuktikan dengan tindakan. Allah mengingatkan bahwa jika Kami memerintahkan mereka, "Bunuhlah dirimu sendiri atau keluarlah dari rumahmu," niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. Ini menggambarkan bagaimana keimanan sejati diuji dalam kondisi yang paling sulit sekalipun. Namun, jika mereka benar-benar beriman dan bertakwa, maka Allah akan memberikan pahala yang besar. Ayat 68-69 secara gamblang menjelaskan tentang karunia dan keutamaan yang akan Allah berikan kepada orang-orang yang patuh kepada-Nya dan Rasul-Nya. Ini mencakup berbagai tingkatan keutamaan, mulai dari para nabi, orang-orang yang jujur (shiddiqin), para syuhada (saksi), hingga orang-orang saleh (shalihin).
Ayat 70 menjadi penutup yang kuat, menegaskan bahwa segala keutamaan dan karunia tersebut adalah dari sisi Allah. Dan cukuplah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Ini adalah pengingat bahwa segala pencapaian dan kemuliaan yang diraih oleh hamba-Nya tidak terlepas dari rahmat dan karunia Allah. Sekecil apapun kebaikan yang dilakukan, selama itu tulus karena Allah, pasti akan diperhitungkan dan dibalas oleh-Nya. Ini memberikan dorongan moral yang luar biasa bagi setiap Muslim untuk senantiasa berbuat baik, berjuang di jalan Allah, dan menegakkan keadilan, karena Allah Maha Menyaksikan dan Maha Mengetahui setiap perbuatan mereka.
Secara keseluruhan, An Nisa ayat 61-70 memberikan panduan komprehensif bagi umat Islam. Ayat-ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya ketaatan, keadilan, keikhlasan, keteguhan iman, dan berbuat baik. Dengan merenungkan dan mengamalkan ajaran-ajaran ini, seorang Muslim diharapkan dapat membentuk diri menjadi pribadi yang bertanggung jawab, memiliki integritas, dan senantiasa mengharapkan rahmat serta keridhaan Allah SWT.