Dalam kitab suci Al-Qur'an, terdapat banyak ayat yang memberikan petunjuk dan pedoman hidup bagi umat manusia. Salah satu ayat yang memiliki makna mendalam dan sering menjadi rujukan adalah Surah An Nisa ayat 54. Ayat ini tidak hanya berbicara tentang anugerah Allah SWT kepada para rasul-Nya, tetapi juga menyoroti dua pilar penting dalam kehidupan seorang Muslim: ketakwaan dan keadilan. Memahami An Nisa 54 secara utuh dapat memberikan pencerahan tentang bagaimana seharusnya kita menjalani kehidupan ini, baik dalam hubungan vertikal dengan Tuhan maupun hubungan horizontal dengan sesama manusia.
"Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran atas sekalian alam."
Ayat ini diawali dengan pernyataan bahwa Allah SWT telah memilih individu-individu istimewa serta keluarga-keluarga mereka untuk mengemban risalah-Nya dan menjadi teladan bagi seluruh alam semesta. Pemilihan ini bukanlah semata-mata karena latar belakang keturunan atau status sosial, melainkan karena kualitas spiritual dan moral mereka. Mereka adalah orang-orang yang dianugerahi petunjuk, kemampuan untuk membedakan yang benar dan yang salah, serta keteguhan dalam menjalankan perintah Allah. Hal ini menjadi pengingat bagi kita bahwa kedekatan dengan Allah adalah melalui ketakwaan, bukan sekadar klaim atau nasab semata.
Lebih lanjut, An Nisa 54 melanjutkan dengan menegaskan kualitas dari orang-orang yang dipilih tersebut. Mereka adalah keturunan sebagian dari sebagian yang lain. Ini mengindikasikan adanya kesinambungan dalam perjuangan dakwah dan penyampaian ajaran Allah dari generasi ke generasi. Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui setiap usaha dan niat yang tersembunyi. Pemilihan ini juga menunjukkan bahwa Allah memberikan amanah besar kepada mereka, yang mencakup bimbingan dan tanggung jawab untuk membawa umat manusia menuju jalan kebaikan.
Namun, inti pesan yang sangat relevan bagi kehidupan sehari-hari tertuang pada bagian akhir ayat ini, meskipun secara eksplisit tidak disebutkan dalam kutipan di atas (seringkali ayat 54 dari Surah An Nisa diartikan sebagai satu kesatuan yang merujuk pada ayat-ayat selanjutnya yang membahas tentang ketakwaan dan keadilan dalam konteks Muamalah). Namun, pemahaman umum terhadap Surah An Nisa, yang berbicara banyak tentang hukum keluarga, hak dan kewajiban, serta keadilan sosial, menjadikan ayat ini sebagai landasan penting. Di dalamnya terkandung esensi tentang bagaimana memilih dan menjadikan seseorang sebagai panutan, yaitu berdasarkan nilai-nilai ketakwaan dan keadilan.
Ketakwaan, sebagai fondasi utama, berarti menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Orang yang bertakwa senantiasa merasa diawasi oleh Allah, sehingga perilakunya selalu terjaga dari perbuatan dosa dan maksiat. Mereka berlomba-lomba dalam kebaikan dan senantiasa memohon ampunan. Ketakwaan ini tidak hanya tercermin dalam ibadah ritual seperti shalat, puasa, dan zakat, tetapi juga dalam setiap aspek kehidupan.
Kemudian, keadilan menjadi pilar yang tak kalah pentingnya. An Nisa 54, dalam konteks yang lebih luas, mengingatkan kita untuk berlaku adil dalam segala hal. Keadilan berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya, memberikan hak kepada yang berhak, dan tidak memihak karena hubungan pribadi, kekayaan, atau kekuasaan. Dalam keluarga, keadilan diperlukan dalam pembagian harta waris, perlakuan terhadap anak-anak, dan pemenuhan hak pasangan. Dalam masyarakat, keadilan dibutuhkan dalam penegakan hukum, transaksi ekonomi, dan hubungan antarwarga negara.
Ayat ini mengajarkan bahwa pribadi-pribadi mulia yang diangkat oleh Allah menjadi teladan adalah mereka yang memiliki dua kualitas utama ini. Mereka adalah agen perubahan yang membawa rahmat dan kebaikan bagi alam semesta. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita diajak untuk meneladani mereka dengan cara menginternalisasi nilai ketakwaan dan mengamalkan prinsip keadilan dalam kehidupan sehari-hari. Ini bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga kontribusi penting dalam membangun masyarakat yang harmonis, sejahtera, dan diridhai oleh Allah SWT. Dengan merenungkan An Nisa 54, kita diingatkan kembali akan esensi ajaran Islam yang menekankan keseimbangan antara hubungan dengan Sang Pencipta dan hubungan dengan sesama makhluk.