Menyelami Makna Keadilan dan Keimanan: Surah An-Nisa (Ayat 131-140)

Keadilan & Keimanan Kebenaran Kepastian

Surah An-Nisa, yang memiliki arti "Wanita," adalah salah satu surah Madaniyah terpanjang dalam Al-Qur'an. Surah ini membahas berbagai aspek penting dalam kehidupan seorang Muslim, termasuk hukum-hukum keluarga, hak-hak sosial, dan bimbingan moral. Di antara ayat-ayatnya yang kaya makna, rentang ayat 131 hingga 140 memberikan pencerahan mendalam mengenai fondasi keimanan dan urgensi keadilan dalam setiap sendi kehidupan. Ayat-ayat ini bukan sekadar bacaan ritual, melainkan pedoman hidup yang mengajak umat Islam untuk senantiasa mengintrospeksi diri dan mengukuhkan ketakwaan kepada Allah SWT.

Panggilan kepada Keadilan Universal

Ayat-ayat dalam rentang ini secara konsisten menyerukan pentingnya menegakkan keadilan. Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa ayat 135:

135. "Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang didakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan keduanya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena dapat menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan."

Ayat ini merupakan seruan yang sangat tegas. Keadilan diperintahkan untuk ditegakkan bahkan ketika itu bertentangan dengan kepentingan pribadi, keluarga, atau bahkan ketika pihak yang bersalah adalah orang kaya atau miskin. Allah menegaskan bahwa Dia lebih mengetahui kebaikan dan keburukan bagi hamba-Nya, sehingga keadilan yang sejati haruslah berdasarkan perintah-Nya, bukan berdasarkan simpati sesaat atau prasangka. Larangan mengikuti hawa nafsu menjadi peringatan penting agar tidak tergelincir dari kebenaran demi keuntungan pribadi atau kelompok. Menjadi saksi karena Allah berarti saksi yang jujur, teguh, dan tidak terpengaruh oleh tekanan atau godaan duniawi.

Introspeksi Diri dan Keutamaan Iman

Selanjutnya, ayat-ayat ini mengajak umat manusia untuk senantiasa bercermin diri dan memperkuat pijakan iman. Surah An-Nisa ayat 131 menekankan pentingnya bertakwa kepada Allah:

131. "Dan sungguh, Kami telah memerintahkan kepada orang-orang ahli Kitab sebelum kamu serta (juga) kepadamu: bertakwalah kepada Allah, dan janganlah kamu menyekutukan sesuatu dengan Dia. Dan barangsiapa menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah berbuat dosa yang besar."

Perintah ini bersifat universal, ditujukan kepada seluruh umat manusia, baik ahli Kitab terdahulu maupun umat Nabi Muhammad SAW. Inti dari takwa adalah kesadaran diri yang mendalam akan kehadiran Allah dan kepatuhan total terhadap perintah-Nya, serta menjauhi segala bentuk syirik (menyekutukan Allah). Syirik adalah dosa terbesar yang merusak esensi keimanan seseorang. Ayat ini mengingatkan bahwa dasar dari segala kebaikan dan terhindarnya keburukan adalah ketakwaan yang tulus dan keesaan Allah yang tak terbantahkan.

Peran Orang Beriman di Tengah Umat

Rentang ayat ini juga secara implisit menggambarkan peran penting orang-orang beriman dalam masyarakat. Mereka diharapkan menjadi agen perubahan yang membawa keadilan, kebenaran, dan keteguhan iman. Dalam konteks sosial, ketika terjadi perselisihan atau ketika ada pihak yang perlu dibela, orang beriman dituntut untuk bersikap adil dan objektif. Ayat 136 menegaskan kembali kewajiban untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta menegakkan keadilan:

136. "Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa tidak beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, ia telah tersesat jauh."

Ayat ini menyajikan rukun iman secara komprehensif. Keimanan yang kokoh adalah pondasi utama bagi seorang Muslim untuk dapat melaksanakan perintah Allah lainnya, termasuk menegakkan keadilan. Tanpa keimanan yang benar kepada Allah, para rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, malaikat-malaikat-Nya, dan hari akhir, seseorang akan tersesat dari jalan yang lurus. Ini menunjukkan bahwa keadilan sosial yang hakiki berakar dari keadilan ilahi yang tertanam dalam hati seorang mukmin.

Kemanusiaan dan Pertanggungjawaban

Ayat 139 dan 140 mengingatkan tentang bahaya berpihak pada orang kafir karena rasa takut atau harapan duniawi, serta menekankan bahwa Allah Maha Cukup dan Maha Terpuji. Ini menegaskan bahwa loyalitas utama seorang mukmin adalah kepada Allah dan agamanya. Perintah untuk tidak mengambil orang kafir menjadi wali (pelindung/teman dekat) kecuali dari kalangan mereka yang berpegang teguh pada agama atau yang terpaksa karena takut. Namun, peringatan keras datang bagi mereka yang lebih memilih orang kafir daripada orang mukmin:

139. "(Yaitu) orang-orang yang menjadikan orang kafir sebagai pelindung dengan meninggalkan orang mukmin. Apakah mereka akan mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Ketahuilah bahwa semua kekuatan adalah milik Allah."

Ayat ini menggarisbawahi bahwa sumber kekuatan sejati hanyalah dari Allah. Bergantung pada pihak yang menentang kebenaran Allah hanya akan membawa kerugian. Ayat 140 kembali menekankan pentingnya konsisten dalam menjalankan ajaran agama dan tidak mengikuti orang-orang yang tidak memahami atau bahkan mempermainkan ayat-ayat Allah.

Dengan demikian, Surah An-Nisa ayat 131-140 mengajarkan kepada kita tentang pentingnya keimanan yang murni, ketakwaan yang mendalam, serta komitmen yang tak tergoyahkan untuk menegakkan keadilan dalam segala situasi. Ayat-ayat ini adalah panduan abadi bagi setiap Muslim untuk menjalani kehidupan yang diridhai Allah SWT, baik dalam hubungan vertikal dengan Sang Pencipta maupun dalam interaksi horizontal dengan sesama manusia.

🏠 Homepage