Dalam lautan Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang memancarkan ketenangan dan memberikan harapan bagi setiap insan yang beriman. Salah satu di antaranya adalah Surah An-Nisa ayat 126. Ayat ini bukan sekadar lembaran teks suci, melainkan sebuah janji ilahi yang menguatkan hati, sebuah pelukan kasih dari Sang Pencipta bagi hamba-Nya yang senantiasa berusaha mendekatkan diri dan mengikuti jalan-Nya.
Surah An-Nisa, yang berarti "Wanita", secara umum membahas berbagai aspek kehidupan keluarga, hak dan kewajiban, serta hukum-hukum yang berkaitan dengan masyarakat Muslim. Namun, di tengah pembahasan tersebut, Allah SWT menyisipkan ayat 126 yang memiliki makna universal dan sangat mendalam. Ayat ini seringkali menjadi sumber kekuatan spiritual bagi umat Islam, terutama ketika menghadapi berbagai ujian kehidupan, keraguan, atau bahkan ketika merasa sendirian dalam perjuangan di jalan kebenaran.
Jika kita bedah lebih dalam, An Nisa ayat 126 mengandung beberapa poin krusial:
Pertama, penegasan kepemilikan mutlak Allah atas segalanya. "Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi." Pernyataan ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang kita miliki, bahkan diri kita sendiri, pada hakikatnya adalah milik Allah. Pemahaman ini menumbuhkan rasa rendah hati dan mencegah kesombongan. Ketika kita sadar bahwa kita hanyalah pengelola titipan dari Allah, maka kita akan lebih berhati-hati dalam menggunakan setiap anugerah, baik itu harta, ilmu, maupun kekuasaan.
Kedua, perintah takwa yang universal. "Dan sesungguhnya Kami telah memerintahkan kepada orang-orang ahli Kitab sebelum kamu dan (juga) kepadamu agar kamu bertakwa kepada Allah." Allah SWT tidak membeda-bedakan umat-umat terdahulu dengan umat Nabi Muhammad SAW dalam hal kewajiban fundamental untuk bertakwa. Takwa, yaitu menjaga diri dari murka Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, adalah kunci keselamatan dan kebahagiaan di dunia maupun akhirat. Ini menunjukkan konsistensi ajaran tauhid sepanjang masa.
Ketiga, konsekuensi kekufuran. "Tetapi jika kamu kafir, maka sesungguhnya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." Ayat ini menegaskan bahwa kekufuran atau ketidaktaatan kita tidak akan mengurangi sedikit pun kekuasaan dan keagungan Allah. Allah tetap Maha Kaya, tidak membutuhkan apa pun dari makhluk-Nya, dan Maha Terpuji, segala pujian adalah milik-Nya semata. Sebaliknya, kekufuran hanya akan merugikan diri sendiri.
Meskipun ayat ini terdengar tegas mengenai konsekuensi kekufuran, fokus utamanya justru terletak pada penegasan mengenai kepemilikan Allah yang mutlak dan perintah untuk bertakwa. Bagi orang yang memilih untuk taat dan bertakwa, ayat ini justru menjadi sumber jaminan keamanan dan ketenangan yang luar biasa. Mengapa demikian?
Ketika kita meyakini bahwa segala sesuatu berada dalam genggaman dan pengetahuan Allah, maka kekhawatiran yang berlebihan terhadap urusan duniawi akan berkurang. Jika kita bertakwa, maka kita sedang berada di bawah naungan perlindungan Sang Pemilik Segalanya. Ujian dan cobaan yang datang, meskipun terasa berat, sesungguhnya adalah bagian dari skenario ilahi yang pada akhirnya akan mendatangkan kebaikan bagi orang-orang yang sabar dan bertakwa. Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan amal kebaikan hamba-Nya yang tulus.
Ayat ini juga dapat diartikan sebagai jaminan bahwa Allah akan mencukupi kebutuhan orang-orang yang bertakwa. Karena Dialah Pemilik langit dan bumi, maka segala sumber daya berada di tangan-Nya. Dengan bertakwa, seorang hamba membuka pintu rezeki dan pertolongan-Nya. Ketergantungan yang tulus kepada Allah, diiringi usaha yang sungguh-sungguh, akan selalu mendatangkan jalan keluar dan keberkahan.
Dalam hiruk pikuk kehidupan modern yang seringkali dipenuhi ketidakpastian, materialisme, dan godaan duniawi, pesan An Nisa ayat 126 menjadi semakin relevan. Banyak orang merasa cemas terhadap masa depan, terjebak dalam persaingan yang tidak sehat, atau kehilangan arah spiritual. Ayat ini hadir untuk mengingatkan kita kembali pada pondasi yang paling kokoh: keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Dengan memahami dan mengamalkan isi An Nisa ayat 126, kita diajak untuk menata kembali prioritas hidup. Menyadari bahwa kesuksesan sejati bukan hanya diukur dari pencapaian duniawi semata, tetapi dari sejauh mana kita mampu menjalankan amanah Allah dengan baik dan menjaga hubungan kita dengan-Nya. Ketika kita menempatkan Allah di atas segalanya, maka urusan-urusan dunia akan menjadi lebih ringan dan segala masalah akan terasa lebih mudah dihadapi, karena kita tahu bahwa kita tidak pernah sendirian.
Pada akhirnya, An Nisa ayat 126 adalah pengingat yang lembut namun tegas bahwa keselamatan dan ketenangan hakiki hanya dapat ditemukan dalam dekapan takwa kepada Allah. Dengan keyakinan penuh pada kepemilikan-Nya atas segala sesuatu, dan dengan usaha sungguh-sungguh untuk menjalankan perintah-Nya, kita akan menemukan kedamaian yang abadi dan jaminan perlindungan dari Dzat Yang Maha Kuasa.