Dan barangsiapa berbuat kejahatan atau menganiaya dirinya sendiri, kemudian memohon ampunan kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Surah An-Nisa, ayat 111 hingga 120, merupakan rentetan ayat yang sangat penting dalam Al-Qur'an. Ayat-ayat ini tidak hanya membahas tentang hukum dan etika, tetapi juga menyoroti fondasi keimanan yang kokoh, perlindungan diri dari pengaruh buruk, serta janji ampunan dari Allah SWT bagi hamba-Nya yang bertaubat.
Ayat 111 secara tegas menyatakan bahwa siapa saja yang melakukan kejahatan atau menzalimi dirinya sendiri, kemudian ia kembali kepada Allah dengan penyesalan dan memohon ampun, maka Allah akan mengampuninya. Penegasan ini adalah sebuah rahmat dan dorongan luar biasa bagi umat manusia. Ini menunjukkan bahwa pintu taubat selalu terbuka lebar, tanpa memandang seberapa besar dosa yang telah diperbuat, selama niatnya tulus untuk kembali kepada jalan yang benar dan memohon ampunan kepada Sang Pencipta.
Ayat selanjutnya, mulai dari 112, mulai membahas tentang bagaimana kesesatan seseorang tidak akan bisa diukur dengan keadilan Allah. Siapa saja yang berbuat keburukan, maka balasan keburukannya itu akan ditimpakan kepadanya, dan tidak akan ada yang mampu membela atau menolongnya dari siksaan Allah. Ini adalah peringatan keras namun juga bentuk keadilan Ilahi. Setiap perbuatan memiliki konsekuensinya masing-masing. Namun, peringatan ini juga dibarengi dengan kabar gembira, bahwa siapa saja yang beriman dan beramal saleh, maka mereka akan dimasukkan ke dalam surga, yang di dalamnya mengalir sungai-sungai. Mereka akan kekal di dalamnya. Janji ini adalah motivasi terbesar bagi setiap mukmin untuk senantiasa berbuat baik dan menjaga keimanannya.
Bagian ini juga menyoroti pentingnya menjaga diri dari anutan yang salah dan keraguan yang dapat menyesatkan. Allah SWT mengingatkan bahwa Dia tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang beramal baik, sekecil apa pun itu. Sebaliknya, kejahatan akan dibalas dengan setimpal. Hal ini penting untuk dipahami agar setiap individu tidak tertipu oleh bisikan syaitan atau ajaran-ajaran sesat yang menjanjikan kemudahan tanpa pertanggungjawaban.
Lebih lanjut, ayat-ayat ini mengutuk keras mereka yang menentang Rasulullah SAW dan mengikuti jalan selain jalan orang-orang beriman. Mereka dibiarkan saja dengan apa yang telah mereka pilih, dan kelak di akhirat akan dimasukkan ke dalam neraka Jahanam. Betapa mengerikannya tempat kembali itu. Hal ini menekankan betapa krusialnya mengikuti tuntunan wahyu dan sunnah Rasulullah SAW sebagai panduan hidup. Kesesatan dalam memilih pemimpin spiritual atau jalan hidup dapat berujung pada kehancuran abadi.
Di tengah peringatan dan ancaman, terselip pula janji yang sangat manis bagi orang-orang yang beriman. Allah SWT menegaskan bahwa Dia Maha Melindungi orang-orang yang beriman. Perlindungan ini bukan hanya dalam urusan duniawi, tetapi juga perlindungan dari kesesatan dan siksa akhirat. Keberadaan Allah sebagai Pelindung adalah sumber ketenangan dan kekuatan terbesar bagi seorang mukmin.
Ayat 116 dalam surah ini sangatlah kuat. Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (menyekutukan Allah), namun Dia mengampuni dosa-dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Ini kembali menegaskan betapa besarnya dosa syirik dan betapa Allah sangat menjaga hak ke-Tuhanan-Nya. Namun, di sisi lain, siapa pun yang mempersekutukan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.
Ayat 117 hingga 120 melanjutkan penegasan tentang kekuasaan Allah dan kelemahan makhluk-Nya. Mereka yang disembah selain Allah hanyalah berhala-berhala yang tidak bisa memberi mudharat maupun manfaat. Mereka hanyalah menuruti dugaan yang lemah dan perkataan yang bohong. Ini adalah kritik tajam terhadap praktik penyembahan berhala yang marak pada masa lalu, dan relevan untuk mengingatkan kita agar tidak menyandarkan harapan dan ibadah kepada selain Allah.
Terakhir, ayat 120 secara gamblang menyatakan bahwa syaitan hanya menjanjikan tipuan dan kesesatan. Tidak ada jalan keluar yang hakiki kecuali melalui petunjuk Allah. Ayat-ayat ini secara keseluruhan mengajak kita untuk senantiasa memegang teguh tali keimanan, memohon ampunan atas segala kekhilafan, menjauhi kesyirikan dan segala bentuk kesesatan, serta yakin bahwa Allah adalah sebaik-baik pelindung dan penolong. Pemahaman mendalam terhadap An-Nisa ayat 111-120 memberikan perspektif yang jelas tentang hubungan antara hamba dengan Tuhannya, serta pentingnya menjaga diri agar tetap berada dalam naungan rahmat-Nya.