Ilustrasi: Perjuangan melewati ujian iman.
Adapun orang-orang yang berhijrah karena Allah, setelah mereka teraniaya, Kami benar-benar akan menempatkan mereka pada tempat yang baik di dunia. Dan pahala mereka yang lebih besar, sesungguhnya jika mereka mengetahui.
— QS. An-Nahl [16]: 106
Surat An-Nahl, yang berarti "Lebah", membahas berbagai nikmat Allah, serta memberikan penguatan bagi kaum Muslimin yang menghadapi tekanan dan penganiayaan. Ayat ke-106 ini secara spesifik berbicara mengenai janji balasan dari Allah SWT kepada mereka yang melakukan hijrah. Hijrah yang dimaksud di sini bukan hanya sekadar perpindahan fisik dari Mekkah ke Madinah untuk menghindari siksaan, tetapi juga hijrah spiritual, yaitu meninggalkan segala hal yang dibenci Allah menuju ketaatan penuh.
Pada masa awal Islam, penganut agama baru ini mengalami siksaan fisik dan tekanan sosial yang luar biasa dari kaum Quraisy. Dalam kondisi terdesak inilah, perintah untuk berhijrah datang sebagai solusi sekaligus ujian akbar. Ayat ini menegaskan bahwa pengorbanan fisik yang dilakukan demi mempertahankan akidah akan mendapatkan balasan langsung dari Allah, bahkan ketika mereka masih berada di dunia.
Janji dalam An-Nahl ayat 106 terbagi menjadi dua bagian penting mengenai balasan duniawi: "Kami benar-benar akan menempatkan mereka pada tempat yang baik di dunia." Kata "tempat yang baik" (makanam tayyiban) dapat diartikan secara luas. Secara harfiah, ini merujuk pada keamanan, ketenangan batin, dan kebebasan beribadah yang didapatkan setelah hijrah. Bagi sahabat Nabi, ini terwujud ketika mereka tiba di Madinah, kota yang kemudian menjadi pusat pemerintahan Islam yang damai dan stabil.
Lebih dari sekadar lokasi fisik, tempat yang baik juga mencakup ketenangan hati dan keberkahan dalam setiap langkah mereka. Ketika seseorang mengutamakan keridhaan Allah daripada kenyamanan duniawi yang terancam, Allah membalasnya dengan ketenangan yang tidak bisa dibeli dengan harta. Ini adalah bentuk pertolongan ilahi yang nyata di tengah kesulitan.
Setelah menyebutkan balasan dunia, ayat ini melanjutkan dengan janji yang lebih utama: "Dan pahala mereka yang lebih besar, sesungguhnya jika mereka mengetahui." Pahala yang lebih besar ini merujuk pada ganjaran di akhirat, yaitu surga dan keridhaan Allah. Ini adalah tujuan akhir setiap mukmin.
Frasa penutup, "jika mereka mengetahui," berfungsi sebagai penekanan sekaligus tantangan. Kebanyakan manusia cenderung fokus pada keuntungan yang langsung terlihat (duniawi). Namun, seorang mukmin sejati adalah yang mampu menimbang nilai pengorbanan duniawi demi investasi akhirat yang nilainya jauh melampaui pemahaman akal manusia biasa. Kesabaran dalam menghadapi cobaan adalah mata uang yang ditukarkan dengan surga.
Meskipun konteks historisnya adalah hijrah fisik dari Mekkah, pelajaran dari An-Nahl ayat 106 tetap relevan hingga kini. "Hijrah" di zaman modern seringkali dimanifestasikan sebagai perjuangan melawan hawa nafsu (hijrah dari maksiat), meninggalkan lingkungan buruk menuju lingkungan yang mendukung ketaatan, atau berjuang dalam menegakkan kebenaran meskipun mendapat penolakan.
Ketika seseorang teguh memegang prinsip kebenaran (tauhid) dan harus berkorban berupa kenyamanan, popularitas, atau bahkan keamanan finansial, ayat ini menjadi pengingat bahwa pengorbanan itu tidak sia-sia. Allah menjamin dua hal: kedamaian dan tempat yang layak di dunia ini, serta balasan agung di akhirat. Keteguhan iman adalah fondasi yang memastikan bahwa ujian sekecil apa pun akan dihadapi dengan keyakinan penuh bahwa pertolongan dan janji Allah pasti terwujud.